A.
Menjelaskansikapdanberperilakuhidupbersihdansehatdalamkehidupansehari
- hari
1.
Mencuci
tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun.
Perilaku
ini adalah perilaku dasar yang harus diterapkan sejak dini kepada anak-anak.
Perilaku sehat mencuci tangan sangat banyak manfaatnya, yang paling pasti
manfaatnya adalah “Menghindarkan anak dari kemungkinan terkena penyakit DIARE”.
Penyakit ini adalah penyakit pembunuh nomor dua setelah ISPA bagi anak-anak
Indonesia dan menurut data RISKEDAS 2013 menyebutkan masih 47% masyarakat
Indonesia memiliki kebiasaan yang baik mencuci tangan sebelum makan atau
menyentuh makanan. Bagi sekolah-sekolah setingkat TK dan SD, mencuci tangan
sudah menjadi program dan proses pembiasaan yang harus diterapkan. Khususnya
bagi sekolah-sekolah Adiwiyata, sekolah tersebut sudah harus memiliki sarana
mencuci tangan yang sudah berstandar, di tingkat SD peserta didik sudah harus
dibiasakan bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar, ini terlihat dari
setiap dokumen yang disertakan, selalu terdapat gambar bagaimana para peserta
didik mempraktekkan cara mencuci tangan yang baik dan benar dengan menggunakan
sabun. Di sekolah kami juga diantara setiap dua kelas telah dibangun wastafel
(tempat mencuci tangan) yang dilengkapi dengan lap tangan dan sabun cuci
tangan. Ini menandakan bahwa mencuci tangan adalah point yang pertama dan utama
dalam menjaga kesehatan diri. Namun sayang, pihak sekolah selalu mengalami
kendala menyangkut sifat, tabiat dan kebiasaan para murid yang masih rendah
kesadarannya untuk menjaga lingkungan dengan menjaga sarana sekolah. Banyak
murid yang merusak sarana tersebut, misalnya membuang tempat sabun, menghilangkan
lap tangan dan yang paling parah adalah mematahkan kran air wastafel dan
saluran airnya. Sementara dana yang tersedia untuk menjaga kelestarian
lingkungan taman, saluran air (drainase) sangat terbatas dari Komite Sekolah
maupun dari Dana BOS, sementara dari pihak lain hampir tidak ada bantuan.
14194034161579275148 Hari cuci tangan sedunia diperingati dengan mencuci tangan
yang benar oleh SD N 060899 141940347378007722 Pembelajaran bagaimana cara
mencuci tangan yang baik oleh SD St. Ignatius Medan. 1419403537101294570
Gerakan cuci tangan sebelum makan juga dipraktekkan di SMA, Bukti bahwa cuci
tangan adalah kegiatan yang paling ampuh mengatasi penyakit masuk ke dalam
perut. Pun keluhan dari sekolah-sekolah binaan mengeluh akan hal yang sama. Kesadaran
para siswa untuk menjaga kelestarian lingkungan sangat rendah. Terutama untuk
tingkat anak-anak. Sangat dibutuhkan kesabaran dan ketabahan serta pantang
menyerah untuk membiasakan anak-anak mencuci tangan menggunakan air bersih
dengan benar menggunakan sabun dan menjaga sarana cuci tangan disekolah
masing-masing.
2.
Kebiasaan
Menggosok Gigi Pagi dan Malam. Untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi kegiatan
yang paling tepat adalah menggosok gigi minimal 2 x sehari. Gosok gigi bagi
anak sejak usia dini akan memberikan berjuta manfaat bagi anak-anak. Dengan
gigi yang kuat dan sehat, maka penyakit dapat dicegah dan makanan dapat digigit
dan dikunyah dengan sempurna agar dapat dicerna oleh perut dengan baik. Namun,
sekali lagi kebiasaan ini mulannya sangat sukar diterapkan oleh ibu dan ayah
kepada anak-anak. butuh proses yang agak lama menyadarkan anak agar mau sikat
gigi. 1419403610356958578 Kegiatan menggosok gigi yang dipraktekkan di sekolah,
mengajarkan bagaimana cara menggosok gigi yang baik dan benar 14194036621919096355
eits, salah tuh, gini yang benar. Guru mempraktekkan cara menggosok gigi yang
baik Penulis alami sendiri, baru setelah umur 2,5 tahun mau sikat gigi, jika
kemarin-kemarin sangat payah. Cara simpel yang ayah atau ibu lakukan adalah
menyikat gigi didepan anak-anak dengan memberikan pemahaman akan arti pentingya
sikat gigi. Akhirnya anak sadar sendiri dan sekarang malah mengingatkan kami
agar menyikat giginya saat memandikan mereka. Di sekolah-sekolah binaan kami,
mereka juga tidak lupa mempraktekkan dan mensosialisasikan kebiasaan sikat gigi
dan manfaatnya bagi kesehatan para peserta didik mereka untuk kesehatan mereka.
3.
Memelihara
Kuku Tangan dan Kaki Agar Bersih dan Pendek Hal sepele yang sering terlewatkan
adalah menjaga kuku anak, penulis sering lalai dalam hal ini. Beruntung, ibu
dari anak-anak selalu ingat akan kebiasaan ini, walau harus sering
mengakibatkan si anak menangis karena ibu setengah memaksa untuk menggunting
kuku tangan dan kaki sebatas ujung jari sangat penting menghindari anak-anak
dari berbagai penyakit, khususnya cacingan dan diare, karena pada dasarnya
anak-anak kecil umur 2 tahun ke atas sangat suka menggigit-gigit jarinya atau
mengisap jempolnya. Padahal aktifitas mereka sebelumnya kita tidak tahu, apakah
dia barusan pegang-pegang mainan, main tanah, dan lain sebagainya. Di sekolah
juga saat sekarang ini, Guru sudah sering lalai memperhatikan jari-jari tangan
anak didiknya. Khususnya ditingkat SMP dan SMA, peserta didik sekarang sudah
banyak yang memanjangkan kukujari-jarinya, bahkan semuannya. Dan sekarang ada
trend tidak hanya wanita yang mengkutek (mencat) jari-jari tangannya, sudah ada
cowok yang menghias jari tangannya dengan warna-warni dan dipanjangkan. Guru
tidak berani lagi untuk mengingatkan bahkan menghukum atau menggunting sendiri
kuku jari tangan siswannya yang kedapatan memelihara kuku panjang-panjang. Apa
sebab? karena tidak mau ambil resiko dengan akibat hukuman fisik yang
diberikan. Palingan hanya dinasehati “besok digunting yah!”, atau yang lebih
parah guru berkata dalam hati “ini kan bukan kerjaan aku, biar aja BP/BK atau
PKS Kesiswaan yang mengurusnya, saya tidak mau capek-capek, saya kan mengajar
mata pelajaran ini, bukan mengurusi kuku. Toh mereka sudah dewasa kok, nanti
dimarahi malah nga terima dan dijuluki guru sok tau”.
4.
Memelihara
Rambut Agar Pendek dan Rapih. Dunia pendidikan kita kembali terjebak dengan
Peraturan Cara berpakaian yang rapih dan cara memelihara rambut agar pendek dan
rapi. Sekolah sekarang sudah tidak memperdulikan lagi bagaimana cara berpakaian
yang rapi dan sopan juga bentuk rambut yang harus dipatuhi oleh peserta didik.
Berpakaian yang sopan disekolah adalah memasukkan baju ke dalam celana, bukan
dikeluarkan namun praktekknya, peserta didik sudah banyak yang mengeluarkan
baju dan yang paling menyedihkan adalah menguncupkan ujung celana sekolah
mereka. Fenomena menguncupkan celana ini sudah terjadi bertahun-tahun dan
sekolah sepertinya tidak mampu mencegahnya walau sudah dilakukan berbagai upaya
pencegahan. Demikian juga dengan fenomena rambut dengan berbagai model rambut
yang tidak mematuhi aturan sekolah. Banyak model muncul sekarang ini untuk
mengelabui peraturan sekolah tentang panjang rambut yang tidak kurang dari 8 –
10 inchi. Oleh karena itu kesadaran untuk menjadi diri sendiri, tidak
ikut-ikutan teman atau orang lain sangat perlu diterapkan dari rumah. Anak
harus diajarkan memiliki karakter dan kepribadian sendiri, mandiri, tidak mudah
terpengaruh apalagi ikut-ikutan. Ini adalah tugas orang tua.
5.
Rajin
Minum Air Putih yang Bersih dan Sehat Hidup di perkotaan dengan mengandalkan
air minum depot dan Aqua galon adalah pilihan terbijak daripada menggunakan air
minum dari PAM maupun dari air bor. Namun lagi-lagi kita dihadapkan akan
kualitas dan tingkat kehigienisan air minum depot maupun Aqua dengan berbagai
merek yang beredar. Sekali lagi, kebijakan Ibu untuk menyehatkan anak-anaknya
dituntut. Ibu dari anak-anak saya memiliki pemikiran bahwa air yang dimasak
akan lebih sehat diminum. Walau telah membeli air Aqua asli sekalipun dan memiliki
Dispenser, Ibu dirumah selalu memasak air galon tersebut terlebih dahulu
sebelum dimasukkan ke dispenser. Jadi ceritanya begini, Ibu membeli air galon
lalu dituangkan ke dalam ember yang besar, setelah itu dimasak sampai mendidih,
setelah itu baru dituangkan ke dalam aqua galon dan tempatkan di dispenser. Ini
untuk mencegah segala akibat yang ditimbulkan, lebih baik mencegah daripada
mengobati.
6.
Mengkonsumsi
Makanan yang Sehat, Alamiah Membiasakan anak-anak untuk tidak biasa jajan,
tetapi makan makanan yang alamiah sudah sangat sulit sekarang ini. Anak-anak
sekarang sudah lebih memilih makanan instan daripada makanan yang alamiah. Oleh
karena itu adalah tugas orang tua untuk membiasakan anak-anak makan nasi,
sayur, makanan khas daerah daripada makanan instan yang ternyata memiliki
zat-zat kimia. Kantin di sekolah juga harus lebih banyak menyediakan
makanan-makanan khas daerah yang dapat dinikmati oleh peserta didik dengan
baik. Kantin yang higienis, memiliki variasi makanan, bergizi seimbang, tidak
menjual makanan yang memiliki zat pewarna, menghilangkan penggunaan plastik
akan menjadikan PHBS berjalan dengan baik.
7.
Membuang
sampah tepat pada tempatnya sesuai dengan jenis sampah Perilaku ini adalah
perilaku yang paling payah diterapkan di lingkungan keluarga, masyarakat juga
sekolah. Masalah sampah ini adalah masalah yang pelik karena menyangkut
kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan. Sampah yang kita hasilkan
harus ditanggung akibatnya oleh orang lain karena ketidak mampuan kita untuk
mengamankan sampah pribadi kita. Perilaku habis makan buang sampah sembarangan
telah merusak lingkungan kita. Oleh karena itu PHBS akan berjalan dengan baik
dan benar jikalau setiap individu memiliki kesadaran untuk membuang sampah pada
tempatnya sesuai dengan jenisnya. Sekolah-sekolah Adiwiyata khususnya telah
memiliki 3 tong sampah untuk jenis sampah yang berbeda, (1) tong sampah
organik, untuk jenis sampah organik (sampah-sampah yang dapat diuraikan oleh
tanah menjadi kompus/humus untuk menyuburkan tanah). Biasanya sampah-sampah
organik ini diangkut dan ditempatkan di bak sampah yang diolah menjadi kompos
yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman-tanaman sekolah juga untuk di
jual atau dipasarkan. (2) tong sampah anorganik, untuk sampah-sampah yang tidak
dapat diuraikan oleh tanah namun harus ditangani lebih serius, biasannya
plastik bekas, kaleng, minuman botol, pipet, bekas pulpen, spidol, dan lainnya
yang apabila dibakar akan merusak lingkungan, ditanam ditanah butuh waktu 300
tahun diuraikan oleh bakteri tanah, sehingga langkah tepatnya adalah di daur
ulang dengan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sehingga bermanfaat bagi kita
semua. (3) tong sampah untuk kertas, yang berguna menampung sampah-sampah
kertas, karena sekolah pasti menghasilkan sampah kertas. Contoh sederhana dari
pengumpulan sampah kertas ini agar gampang dipilah dari sampah anorganik,
karena kertas ini gampang di daur ulang menjadi produk dari bubur kertas yang
langsung dipraktekkan anak-anak saat pelajaran Kimia, Biologi, Prakarya/Kewirausahaan
dan Muatan Lokal.
8.
Tidak
Merokok di Sekolah Larangan ini sekarang ini bagaikan buah simalakama, jika
diterapkan dengan keras dan sesuai dengan yang dituangkan dalam peraturan
sekolah maka akan banyak orang tua komplain dan sekolah mengalami masalah
karena mengeluarkan anak yang kedapatan merokok disekolah, namun jika tidak
diterapkan maka sekolah menjadi tempat merokok diwaktu-waktu tertentu. Hal ini
kami alami, walau telah menjadi sekolah Adiwiyata bukan menjamin peserta
didiknya berperilaku hidup sehat dan bersih. Karakter yang mereka bawa telah
merusak suasana sekolah. Memang mereka tidak terang-terangan merokok, sekarang
Kamar mandi (toilet) laki-laki sudah berubah fungsi menjadi tempat merokok bagi
sekelompok peserta didik dijam-jam tertentu dan dikala pengawasan guru merenggang.
Jam istirahat pertama dan kedua, bahkan sore hari saat ekskul berlangsung
toilet sudah dipenuhi puntung-puntung rokok yang bersebaran. Berapa kali murid
kedapatan merokok, saat dinasehati, murid ngeless dengan berkata “dirumah saya
di ijinkan merokok pak”. Saat dikonsultasikan dengan orang tua, yang parahnya
orang tua malah membela anaknya yang merokok, disinilah dilema sekolah. Nah,
ternyata tidak gampang untuk menerapkan program PHBS agar terlaksana dengan
baik dan benar. Sangat banyak tantangan yang kita hadapi, mulai dari proses
penyadaran yang membutuhkan waktu, pembiasaan yang harus datangnya dari diri
sendiri serta penerapannya yang mengalami banyak rintangan. Di rumah contoh
kecil untuk menyapu rumah atau menyuci piring antara satu anak dengan anak yang
lain saling suruh menyuruh, tidak ada kesadaran sendiri untuk mengerjakannya.
Demikian juga disekolah, siswa yang memiliki kesadaran sendiri saat
bergotong-royong Jum’at bersih bekerja bergotong-royong untuk membersihkan
lingkungan sekolah, namun banyak siswa lain yang berpangku tangan, harus
disuruh oleh gurunya baru mau kerja, bahkan ada yang lari ke kantin,
bersembunyi dan main petak umpet dengan wali kelasnya atau guru lain yang
sedang mengawasi. Sehingga yang terjadi malah yang rajin jadi merasa korban dan
ikut-ikutan kawan-kawannya yang tidak rajin, demikian juga dengan guru-guru
yang lain yang merasa bahwa Adiwiyata ini memiliki pendapatan yang banyak,
tetapi mereka lupa bahwa Adiwiyata ini adalah sifatnya partisipatif, artinya:
Kesadaran untuk berpartisipasi menjaga Lingkungan hidup dimana kita berada
dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat menuju “Indonesia Sehat”.
1 komentar:
Hallo assalamualaikum, saya telah membaca postingan anda. postingan anda sangat berguna bagi siswa nantinya dan teruntuk bagi saya juga. Kujungi blog saya http://hanmjhd.blogspot.co.id/
Posting Komentar