BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Penulisan
Sebagaimana kita semua ketahui,
tujuan akhir kita dari pengajaran bahasa Indonesia adalah
siswa terampil berbahasa. Dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan berbahasa
tercermin dalam empat aspek ketrampilan berbahasa, yakni berbicara, membaca dan
menulis. Pemerolehan ketrampilan berbahasa selalu saling terkait, artinya
pemerolehan ketrampilan berbahasa yang satu akan mendasari ketrampilan
Ketrampilan membaca itu sendiri adalah suatu cara untuk
mendapatkan informasi dari suatu yang ditulis. Ketrampilan membaca dan menulis
ini diperoleh seseorang setelah mereka memasuki usia sekolah. Oleh karena itu,
kedua jenis ketrampilan berbahasa ini merupakan sajian pembelajaran yang utama
dan utama bagi para murid-murid sekolah dasar di kelas awal. Kedua materi
ketrampilan ini dikemas dalam satu paket pembelajaran yang dikenal dengan paket
membaca, menulis permulaan.
Untuk itu makalah ini kami buat untuk menjelaskan bagaimana
evaluasi pembelajaran bahasa, terutama membaca dan menulis permulaan di kelas
dasar atau kelas awal.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa saja pengenalan terhadap
berbagai metode membaca dan menulis permulaan?
2. Bagaimana perancang pembelajaran
membaca dan menulis permulaan?
3. Bagaimana pelaksanaan membaca dan
menulis permulaan?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengenalan terhadap berbagai metode membaca dan
menulis permulaan.
2.
Mengetahui perancang pembelajaran membaca dan menulis
permulaan.
3.
Mengetahui pelaksanaan membaca dan menulis permulaan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Membaca dan Menulis Permulaan
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari
sesuatu yang di tulis. Membaca melibatkan pengenalan symbol yang menyusun
sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum untuk
mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat termasuk
hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor.
Sebagian besar kegiatan membaca sebagian besar dilakukan
dari kertas. Batu atau kapur di sebuah papan tulis bisa juga dibaca. Tampilan
komputer dapat pula dibaca.
Membaca dapat menjadi sesuatu yang dilakukan sendiri
maupun dibaca keras-keras. Hal ini dapat menguntungkan pendengar lain, yang
juga bisa membangun konsentrasi kita sendiri. Membaca merupakan kegiatan yang
membutuhkan keseimbangan yang baik, dimulai dari mulai gerakan mata dan
pemantapan pemikiran serta kemampuan untuk menerima informasi dan menelaah
informasi tersebut.
Dibutuhkannya keseimbangan yang baik dan akurat agar kita
mampu menerima informasi secara tepat dan mengingat informasi tersebut saat kita
perlukan. Dalam membaca dibutuhkan pula kosentrasi agar kita bisa menyimpan
informasi secara maksimal. Semakin sering kita membaca maka semakin baik pula
kemampuan membaca kita.
Para ahli telah mendefinisikan tentang membaca dan tidak ada
criteria tertentu untuk menentukan suatu definisi yang dianggap paling besar.
Menurut Hariss dan Sipay (1980;8) membaca sebagai suatu kegiatan yang
memberikan respon makna secara tepat terhadap lambing verbal yang tercetak atau
tertulis. Pemahaman atau makna dalam membaca lahir dari interaksi antara
presepsi terhadap symbol grafis dan ketrampialn berbahasa serta pengatahuan
pembaca. Dalam interaksi ini, pembaca berusaha mencipatakan kembali makna
sebagaimana makna yang ingin disampaikan oleh penulis dan tulisannya. Dalam
proses membaca itu pembaca mencoba mengkreasikan apa yang dimaksud oleh
penulis.
Membaca , menulis permulaan merupakan program pembelajaran
yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di
kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap
awal anak memasuki bangku di kelas 1 sekolah dasar, Membaca dan menulis
permulaan merupakan menu utama.
Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada
kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya,
anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambing-lambang tertulis menjadi
bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat
melafalkan lambing-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman
terhadap lambing bunyi-bunyi tersebut.
Kemudian kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda
dengan kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran
menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak
dilatih untuk dapat menuliskan ( mirip dengan kemampuan melukis atau
menggambar) lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur,
lambang-lambang itu menjadi bermakna . selanjutnya dengan kemampuan dasar ini,
secara perlahan-lahan anak-anak digiring pada kemampuan menuangkan gagasan,
pikiran, perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambing-lambang tulis
yang sudah dikuasainya. Inilah kemampuan menulis yang sesungguhnya.
A.
Pengenalan
Terhadap Berbagai Metode Membaca dan Menulis Permulaan
1.
Metode Abjad (Alphabet)
Pembelajaran membaca permulaan
dengan metode abjad dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf secara alphabetis.
Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya
menurut abjad. Untuk beberapa kasus, anak susah membedakan huruf-huruf b, d, p,
q atau n, u, m, w. untuk itu guru melatihkan huruf-huruf tersebut
berulang-ulang atau dengan cara member warna yang berbeda.
Setelah tahapan itu siswa diajak
untuk mengenal suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yan sudah
dikenalnya.
Contoh : b dan a dibaca ba
C
dan a dibaca ca
Sehingga dua suku kata tersebut
dibaca menjadi “baca”.
2. Metode
Eja (Spelling
Method)
Metode eja adalah belajar
membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai
dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan
lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri dari pengenalan huruf
atauabjad A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem. Metode kita
lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan membaca
dan menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata.
Metode ini hampir sama dengan metode
abjad. Perbedaanya terletak pada system pelafalan abjad atau huruf (baca:
beberapa konsonan).
Contoh :
Huruf b dilafalkan /eb/ : dilafalkan dengan e pepet.
Huruf d dilafalkan /ed/
Huruf c dilafalkan /ec/
Huruf g dilafalkan /ec/
Huruf f dilafalkan /ep/
Huruf k dilafalkan /ek/
Metode
pembelajaran di atas dapat diterapkan pada siswa kelas rendah (I dan II) di
sekolah dasar. Guru dianjurkan memilih salahsatu metode yang cocok dan sesuai
untuk diterapkan pada siswa. Guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode
pembelajaran yang akan digunakan sebagai berikut:
a.
Dapat menyenangkan siswa.
b.
Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya.
c.
Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien.
3. Metode
Suku Kata (Syllabic Method)
Metode
ini diawali dengan pengenalan suku kata seperti ba, bi bu, be, bo,
ca.ci,cu,ce,co, da,di,du,de,do, dan seterusnya. Kemudian suku – suku kata
tersebut dirangkaikan menjadi kata- kata yang bermakna, misalnya:
Ba – bi cu – ci da – da
Ba – bu ca – ci du – da
Bi – bi ca – ca da – du
Ba – ca cu – cu di – di
Kemudian
dari sukun kata diatas dirangkaikan menjadi kalimat sederhana yang dimaksud
dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat sederhana.
Contoh:
Da – da ba – bi
Bi – bi ca – ca
Ba – bu di – di (dan seterusnya)
Kemudian
ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut
menjadi satuan bahasa terkecil di bawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan
kata kedalam suku – suku kata.
(kalimat → kata – kata → suku – suku kata)
4. Metode
Kata (Whole Word Method)
Metode
ini diawali dengan pengenalan kata yang bermakna, fungsional, dan kontekstual.
Sebaiknya dikenalkan dengan kata yang terdiri dari dua suku kata terlebih
dahulu. Kemudian mengenalkan suku kata tersebut dengan membaca kata secara
perlahan, dan memberikan jeda pada tiap suku kata. Hal ini dapat dikombinasikan
dengan gerakan tepukan tangan pada setiap suku kata. Tujuannya merangsang motorik
anak serta melatih anak mengenal penggalan suku kata.
5. Metode
Kalimat/Global (Syntaxis Method)
Decroly.”Kemudian Depdiknas (2000:6)
mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat secara
utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru
mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat di bawah gambar.
Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat tanpa bantuan gambar.
Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi
suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.
Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai
berikut:
a. Siswa membaca kalimat dengan bantuan
gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca tanpa bantuan gambar, misalnya: Ini
Nani
b. Menguraikan kalimat dengan
kata-kata: /ini/ /Nani/
c. Menguraikan kata-kata menjadisuku kata: i – ni
- na – ni
d. Menguraikan suku kata menjadi
huruf-huruf, misalnya: i-n-i - n-a-n-i
6. Metode SAS (Structural, Analytic, Syntatic)
Metode
SAS merupakan singkatan dari “Struktural Analitik Sintetik”. Metode SAS
merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran
menulis membaca permulaan bagi siswa pemula.
Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah
langkah berlandaskan operasional dengan urutan :
a.
Struktural menampilkan keseluruhan, guru menampilkan sebuah
kalimat pada anak.
b.
Analitik melakukan proses penguraian: anak daiajak untuk
megenal konsep kata dan mulai menganalisis kalimat menjadi kata, kata menjadi
suku kata dan suku kata menjadi huruf.
c.
Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk
Struktural semula, setelah kalimat diuraikan dari huruf dirangkai menjadi suku
kata, suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat semula.
7. Metode 4 Tahap Steinberg (Four Steps SteinbergMethod)
Menurut Steinberg (1982) ada empat
tahap (langkah) dalam pembelajaran membaca permulaan, yaitu :
a. Mengenal kata dan maknanya (membaca
kata dengan gambar).
b. Memahami kata yang dibacanya (membaca kata
tanpa gambar).
c. Membaca frase atau kalimat.
d. Membaca teks atau wacana.
8. Metode Menulis Permulaan di Sekolah
Dasar
Metode
menulis permulaan akan mengikuti metode yang digunakan pada metode membaca
permulaan. Misalnya, jika guru menggunakan metode abjad pada membaca permulaan
maka akan menggunakan menulis permulaan dengan menggunakan metode abjad pula.
Contoh siswa di suruh menyalin huruf: a, b, c, d, f, g, h,
i, j, dan seterusnya.Metode menulis permulaan sama seperti membaca permulaan,
diantaranya :
a.
Metode Abjad (Alphabet)
b.
Metode Eja (Spelling
Method)
c.
Metode Suku Kata (Syllabic Method)
d.
Metode Kata (Whole Word Method)
e.
Metode Kalimat/Global (Syntaxis Method)
f.
Metode SAS (Structural,
Analytic, Syntatic)
g.
Metode 4 Tahap
Steinberg (Four Steps Steinberg Method)
Kelebihan atau Keunggulan dan Kelemahan Membaca dan Menulis
Permulaan di sekolah Dasar
1. Metode Abjad (Alphabet)
Kelebihan metode abjad adalah :
a. Siswa
diharuskan untuk mengetahui setiap lambang huruf jadi siswa lebih cepat dan
hafal dari alphabet.
b. Siswa
langsung mengetahui bunyi dari setiap bentuk huruf.
Kekurangan metode abjad adalah :
a. Siswa
diharuskan untuk mengetahui setiap lambang huruf kemudian menyusunnya
menjadi kata maka membutuh kan waktu yang lama.
b. Apabila
tidak diulang terus menerus kebanyakan siswa akan mudah lupa antara bentuk dan
bunyi huruf tersebut.
2. Metode
Eja (Spelling
Method)
Kelebihan
metode eja adalah :
a. Siswa
diharuskan untuk mengetahui setiap lambang huruf jadi siswa lebih cepat dan
hafal fonem.
b.
Siswa langsung mengetahui bunyi dari
setiap bentuk huruf.
Kekurangan metode eja adalah :
a.
Siswa diharuskan untuk mengetahui
setiap lambang huruf kemudian menyusunnya menjadi kata maka membutuh kan
waktu yang lama.
b. Apabila
tidak diulang terus menerus kebanyakan siswa akan mudah lupa antara bentuk dan
bunyi huruf tersebut.
3. Metode
Suku Kata (Syllabic Method)
Kelebihan metode suku kata adalah :
a.
Dalam membaca tidak ada mengeja
huruf demi huruf sehigga mempercepat proses penguasaan kemampuan membca
permulaan.
b. Dapat
belajar mengenal huruf dengan mengupas atau menguraikan suku kata suku kata
yang dipergunakan dalam unsur-unsur hurufnya.
c. Penyajian
tidak memakan waktu yang lama
d.
Dapat secara mudah mengetahui berbagai
macam kata
Kelemahan metode suku kata adalah :
a.
Bagi anak kesuliatan belajar yang
kurang mengenal huruf, akan mengalami kesulitan merangkaikan huruf menjadi suku
kata.
b. Siswa akan
sulit bila disuruh membaca kata-kata lain, karena mereka akan condong mengingat
suku kata yang diajarkan saja.
4. Metode
Kata (Whole Word Method)
Kelebihan
metode kata adalah :
a.
Dalam membaca tidak ada mengeja
huruf demi huruf sehigga mempercepat proses penguasaan kemampuan membca
permulaan.
b.
Langsung mengetahui kata tanpa harus
mengejenya, yang dapat meperlambat proses pengajaran
Kelemahan
metode global adalah :
a. Biasanya
anak tidak langsung bisa membaca perkata.
b. Susah
diterapkan pada anak yang mempunyai intelejensi kurang.
5. Metode
Kalimat/Global (Syntaxis Method)
Kelebihan metode
global adalah :
a.
Karena menggunakan gambar maka siswa
lebih cepat mengerti dan hafal.
Kelemahan metode global adalah :
a.
Metode global memakai gambar metode
ini tidak bisa diterapkan di SD daerah pedesaan karena untuk mendapatkan gambar
sangat sulit, jauh dari tempat fotocopy atau print.
b. Mungkin
siswa akan menghafal gambar saja, dan tidak terlalu memperhatikan kalimatnya.
6. Metode SAS (Structural, Analytic, Syntatic)
Kelebihan metode SAS adalah :
a.
Metode ini dapat sebagai landasan
berpikir analisis.
b. Dengan
langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti
prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya.
c.
Berdasarkan landasan linguistik
metode ini akan menolong anak menguasai bacaan dengan lancar.
Kelemahan metode SAS adalah :
a.
Metode SAS mempunyai kesan bahwa
pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar. Tuntutan semacam ini dipandang
sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini.
b. Banyak
sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk sekolah
sekolah tertentu dirasa sukar.
c. Metode SAS
hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di pedesaan.
d.
Oleh karena agak sukar mengajarkan
para pengajar metode SAS maka di sana-sini Metode ini tidak dilaksanakan.
7. Metode 4 Tahap Steinberg (Four Steps Steinberg Method)
Kelebihan metode 4 tahap steinberg adalah :
a.
Lebih cepat memahami membaca karena kata yang diajarkan
memiliki makna yang telah diketahui oleh siswa seperti bola.
b.
Proses pembelajaran mengikuti prinsip pendekatan spiral
(dari yang mudah ke yang sulit).
Kelemahan
metode 4 tahap steinberg adalah :
a.Sulit
di terpakan pada anak-anak yang mempunyai intelejensi yang kurang.
B.
Perancang Pembelajaran Membaca dan
Menulis Pembelajaran
1. Hakikat membaca
Pada hakikatnya membaca ialah kegiatan yang menggunakan mata
dengan pikiran.Dalam kegiatan membaca,pembaca memproses informasi dari teks
yang di baca untuk memperoleh makna(Vacca,1991:172).Membaca merupakan kegiatan
yang di lakukan setiap hari.Dengan membaca kita dapat memperluas pengetahuan
yang kita miliki.Oleh karena itu membaca perlu di ajarkan sejak awal
pembelajaran di SD.
(Gibbon,1993)mendefinisikan membaca sebagai proses
memperoleh makna dari cetakan.Jadi membaca bukanlah kegiatan yang bersifat
pasif dan reseptif saja,tetapi membaca juga di tuntut untuk berfikir mengenai
makna yang terkandung dalam bacaan.
a.
Pengertian membaca permulaan
Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca
permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian
membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca
merupakan proses Recoding dan Decoding(Anderson,1972:209).
Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan spikologis. Proses yang
bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual dengan indra visual,pembaca
mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses
Recoding, pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta
kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian
tulisan yang di bacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi
kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.
Di samping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk
membantu memahami maksud baris-baris tulisan.Proses spikologis berupa kegiatan
berfikir dalam mengolah informasi.Melalui proses Decoding,gambar-gambar
bunyi dan kombinasinya di identifikasi,di uraikan,kemudian di beri makna.Proses
ini melibatkan knowledge of the world dalam skemata yang berupa kategorisasi
sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan
(Syafi’i,1999:7).
Menurut La Barge dan Samuels (Dalam Dawni and
Leong,1982:206) proses membaca permulaan melibatkan 3 komponen,yaitu:
1. Visual memory (VM)
2. Phonologikal memory (PM)
3. Semantic memory (SM)
Lambang-lambang fonem tersebut adalah kata,dan kata di
bentuk menjadi kaliamat.Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya.Pada
tingkat VM,huruf,kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis,sedangkan
pada tingkat PM terjadi proses pembunyian lambang.Lambang tersebut juga dalam
bentuk kata,dan kalimat.
Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM.Akhirnya
pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat.Pada
tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan
membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh
keterampilan atau kemampuan membaca.
Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar
mengenal bahasa tulis.Melalui tulisan itulah siswa di tuntut dapat menyuarakan
lambang-lambang bunyi bahasa tersebut,untuk memperoleh kemampuan membaca di
perlukan 3 syarat,yaitu:
1. Kemampuan membunyikan
lambang-lambang tulis.
2. Penguasaan kosa kata untuk memberi
arti.
3. Memasukkan makna dalam kemahiran
bahasa.
Membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan
kognitif.Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan
lambang-lambang fonem,sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan
lambang-lambang fonem yang sudah di kenal untuk memahami makna suatu kata atau
kalimat.
b.
Pembelajaran membaca permulaan
Pembelajaran
membaca permulaan di berikan di kelas 1 dan 2.Tujuannya adalah agar siswa
memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang
wajar,sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut
(Akhadiah,1991/1992:31).Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan
proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi
visual bahasa.Tingkatan ini sering di sebut dengan tingkatan belajar membaca (Learning
to read).
Membaca
lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan
yang terkandung dalam tulisan.Tingkatan ini di sebut sebagai membaca untuk
belajar (Reading to learn).Kedua tingkatan tersebut bersifat
kontinum,artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya
penguasaan sistem tulisan,telah di mulai pula pembelajaran membaca lanjut
dengan pemahaman walaupun terbatas.Demikian juga pada membaca lanjut menekankan
pada pemahaman isi bacaan,masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan
teknik membaca permulaan (Syafi’i,1999:16).
c.
Pengertian menulis permulaan
Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan (seperti
mengarang, membuat surat) dengan tulisan (Kamus besar bahasa indonesia,
1993:968) Menurut pengertian ini menulis merupakan hasil,yaitu melahirkan
pikiran dalam perasaan ke dalam tulisan. Menulis atau mengarang adalah proses
menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang di sampaikan penulis dapat di
pahami pembaca (Tarigan,1986:21).
Dari pengertian menulis tersebut di atas dapat di simpulkan
bahwa menulis adalah proses mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan dalam
bentuk tulisan.
d.
Tujuan Penulisan
Setiap penulis tentu memiliki tujuan
dalam menuangkan pikiran atau gagasannya serta perasaannya melalui bahasa
tulis, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Adapun beberapa tujuan
menulis secara umum yaitu:
1. Untuk memberikan suatu informasi
2. Untuk meyakinkan atau mendesak
pembaca
3. Untuk menghibur atau menyenangkan
pembaca
4. Untuk mengekspresikan perasaan dan
emosi yang kuat
Hugo Hartig dalam tarigan (1986:
24-25) merumuskan tujuan menulis, yakni :
1. Tujuan Penugasan
Penulis tidak memiliki tujuan untuk
apa dia menulis. Penulis hanya menulis tanpa mengetahui tujuannya.Dia menulis
karena mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri.Misalnya siswa ditugaskan
merangkum sebuah buku atau seorang guru disuruh membuat laporan oleh Kepala
Sekolahnya.
2. Tujuan Altruistik
Penulis bertujuan untuk menyenangkan
para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca
memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para
pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.Penulis harus
berkeyakinan, bahwa pembaca adalah “teman” hidupnya.Sehingga penulis
benar-benar dapat mengkomunikasikan suatu ide atau gagasan bagi kepentingan
pembaca. Hanya dengan cara itulah tujuan altruistic dapat tercapai.
3. Tujuan Persuasif
Penulis bertujuan mempengaruhi
pembaca, agar pembaca yakin akan kebenaran gagasan atau ide yang dituangkan
atau diutarakan penulis. Tulisan semacam ini banyak dipergunakan oleh para
penulis untuk menawarkan sebuah produksi barang dagangan atau dalam kegiatan
politik
4. Tujuan Informasional (Tujuan
Penerangan)
Penulis menuangkan ide atau gagasan
dengan tujuan memberi informasi atau keterangan kepada pembaca. Di sini penulis
berusaha menyampaikan informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang
diinformasikan oleh penulis.
5. Tujuan Pernyataan Diri
Penulis berusaha untuk
memperkenalkan atau menyatakann dirinya sendiri kepadaa para pembaca dengan
melalui tulisannya, pembaca dapat memahami “siapa” sebenarnya penulis itu.
6. Tujuan Kreatif
Penulis bertujuan agar para pembaca
dapat memiliki nilai artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan
si penulis.Di sini bukan hanya memberikan informasi melainkan lebih dari itu.
7. Tujuan Pemecahan Masalah
Penulis berusaha memecahkan suatu
masalah yang dihadapi. Dengan tulisannya, penulis berusaha memberi kejelasan
kepada para pembaca tentang bagaimana cara pemecahan suatu masalah.
e. Tujuan Menulis Permulaan
Dalam menulis permulaan, tujuannya adalah
agar siswa dapat menulis kata-kata dan kalimat sederhana dengan tepat.Pada
menulis permulaan siswa diharapkan untuk dapat memproduksi tulisan yang dapat
dimulai dengan tulisan eja. Contoh tulisan e,d,f,k,j,dan dapat berupa suku kata
seperti su-ka, ma-ta, ha-rus, lu-ka serta dalam bentuk kalimat sederhana.
Seperti halnya membaca permulaan,
menulis permulaan juga dapat menggunakan metode-metode seperti metode abjad,
metode suku kata, metode global dan metode SAS. Menulis permulaan (dengan huruf
kecil) di kelas 1SD tujuannya adalah agar siswa memahami cara menulis permulaan
dengan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan ide/pesan secara tertulis, materi
pelajaran menulis permulaan dikelas 1SD disajikan secara bertahap dengan
menggunakan pendekatan huruf, suku kata, kata-kata atau kalimat.
Menulis permulaan (dengan huruf
besar pada awal kalimat) di kelas II tujuannya yaitu agar siswa memahami cara
menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan ide /pesan
secara tertulis, untuk memperkenalkan cara menulis huruf besar di kelas II SD
mempergunakan pendekatan spiral maksudnya huruf demi huruf diperkenalkan secara
berangsur-angsur sampai pada akhirnya semua huruf dikuasai oleh para siswa.
Kemampuan menulis yang diperoleh siswa di kelas I dan kelas II tersebut akan
menjadi dasar pembelajaran menulis di kelas-kelas berikutnya.
f.
Pembelajaran Menulis Permulaan
Kemampuan menulis permulaan tidak
jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan.Pada tingkat dasar atau
permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang
bersifat mekanik.Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan (mirip dengan
kemampuan melukis atau menggambar) lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan
dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna.Selanjutnya dengan
kemampuan dasar ini, secara perlahan-lahan anak-anak digiring pada kemampuan
menuangkan gagasan, pikiran, perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui
lambang-lambang tulis yang dikuasainya.Inilah kemampuan menulis yang
sesungguhnya.
Untuk kemampuan menulis di kelas
satu (kelas rendah), kurikulum 2004 menetapkan standar kompetensi sebagai
berikut : Siswa mampu menulis beberapa kalimat yang dibuat sendiri dengan huruf
lepas dan huruf sambung, menulis kalimat yang didiktekan guru,dan menulis rapi menggunakan
huruf sambung. Standar kompetensi ini diturunkan menjadi beberapa kompetensi
dasar, yaitu :
1. Membiasakan sikap menulis yang benar
(memegang dan menggunakan alat tulis).
2. Menjiplak dan menebalkan.
3. Menyalin.
4. Menulis permulaan.
5. Menulis beberapa kalimat dengan huruf sambung.
6. Menulis kalimat yang didiktekan guru.
7. Menulis dengan huruf sambung.
C.
Pelaksanaan Membaca dan Menulis
Permulaan
Pada bagian ini kita akan berlatih
bagaimana melaksanakan pembelajaran membaca dan menulis permulaan dalam
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan mengambil salah satu metode
tertentu.Yang perlu kita pahami adalah konsep-konsep pokok,langkah-langkah
pembelajaran membaca dan menulis permulaan yang berlandasan pada penggunaan
metode membaca dan menulis permulaan tertentu.
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar membaca dan menulis permulaan ini terbagi ke dalam 2 tahapan sebagai
berikut:
1.
Pembelajaran tanpa buku
2.
Pembelajaran dengan menggunakan buku
Langkah-langkah pembelajaran menulis dan membaca permulaan (MMP)
tanpa buku yaitu :
1.
Menunjukkan gambar
2.
Menceritakan gambar
3.
Siswa bercerita dengan bahasa sendiri
4.
Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf (tulisan)melalui bantuan
gambar
5.
Membaca tulisan bergambar
6.
Membaca tulisan tanpa gambar
7.
Memperkenalkan huruf,suku kata,kata atau kalimat dengan
bantuan kartu
Langkah-langkah pembelajaran menulis dan membaca permulaan (MMP)
dengan menggunakan buku yaitu:
1.
Membaca buku pelajaran atau paket
2.
Membaca buku atau majalah anak yang sudah terpilih
3.
Membaca bacaan susunan bersama guru dan siswa
4.
Membaca bacaan susunan siswa(kelompok perseorangan)
Langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan adalah :
1.
Pengenalan huruf
Kegiatan ini di lakukan bersamaan dengan kegiatan
pembelajaran membaca permulaan.Penekanan pembelajaran di arahkan pada
pengenalan bentuk tulisan serta pelafalannya dengan benar.Fungsi pengenalan ini
di maksudkan untuk melatih indra siswa dalam mengenal dan membedakan bentuk dan
lambang-lambang tulisan.
Mari kita perhatikan salah satu contoh pembelajaran
pengenalan bentuk tulisan untuk murid kelas 1 SD.Misalnya guru hendak
mengenalkan huruf a, i, dan n.
Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1.
Guru menunjukkan gambar seorang anak perempuan dan seorang
anak laki- laki. Dua anak tersebut diberi nama
"nana" dan "nani".
2.
Guru mengenalkan nama kedua anak itu sambil menunjuk tulisan
"nani" dan "nana" yang tertera di bawah masing-masing
gambar.
3.
Melalui proses tanya-jawab secara berulang-ulang, anak
diminta menunjukkan mana "nani" dan mana "nana" sambil
diminta menunjuk bentuk tulisannya.
4.
Selanjutnya, guru memindahkan dan menuliskan kedua bentuk
tulisan tersebut di papan tulis, dan anak diminta untuk memerhatikannya. Guru hendaknya menulis secara perlahan-lahan,
dan anak diminta untuk memperhatikan gerakan-gerakan tangan, serta contoh
pengucapan dari bentuk tulisan yang sedang ditulis guru.
5.
Setiap tulisan itu kemudian dianalisis dan disintesiskan kembali. Perhatikan contoh tulisan berikut.
Ada beberapa bentuk latihan menulis
permulaan yang dapat kita lakukan seperti:
a.
Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi
yang benar. Tangan kanan berfungsi untuk
menulis, tangan kiri untuk menekan buku tulis, agar tidak mudah bergeser. Pensil diletakkan di antara ibu jari dan
telunjuk. Ujung jari telunjuk, dan jari tengah menekan pensil dengan luwes,
tidak kaku. Posisi badan ketika duduk
hendaknya tegak, dada tidak menempel pada meja, jarak antara mata dengan buku
kira-kira 25-30cm.
b.
Latihan gerakan tangan.
Mula-mula melatih gerakan tangan di udara dengan telunjuk sendiri, atau
dengan bantuan alat seperti pensil.
Kemudian dilanjutkan dengan latihan dalam buku latihan. Agar kegiatan ini menarik, sebaiknya disertai
dengan kegiatan bercerita. Misalnya,
untuk melatih membuat garis lurus, guru dapat bercerita yang ada kaitannya
dengan pagar, bulatan dengan telur, dan sebagainya.
c.
Latihan mengeblat, yakni menirukan atau menebalkan suatu
tulisan dengan menindas tulisan yang sudah ada.
Ada beberapa cara mengeblat yang bisa dilakukan anak, misalnya dengan
menggunakan karbon, menggunakan kertas tipis, menebalkan tulisan yang sudah
ada. Sebelum anak melakukan kegiatan
ini, guru hendaknya memberi contoh cara menulis dengan benar di papan tulis,
kemudian anak menirukan gerakan tersebut dengan telunjuknya di udara. Setelah itu, barulah kegiatan mengeblat
dimulai. Pengawasan dan bimbingan harus
dilakukan secara individual sampai seluruh anak terperhatikan.
d.
Latihan menghubung-hubungkan tanda titik yang membentuk
tulisan. Latihan dapat dilakukan pada
buku-buku yang secara khusus menyajikan latihan semacam ini.
e.
Latihan menatap bentuk tulisan. Latihan ini dimaksudkan untuk melatih
koordinasi antara mata, ingatan, dan jemari anak ketika menulis, sehingga anak
dapat mengingat bentuk kata/huruf dalam benaknya, dan memindahkannya ke jemari
tangannya. Dengan demikian, gambaran
kata yang hendak ditulis tergores dalam ingatan dan pikiran siswa pada saat dia
menuliskannya.
f.
Latihan menyalin, baik dari buku pelajaran maupun dari
tulisan guru pada papan tulis. Latihan
ini hendaknya diberikan setelah dipastikan bahwa semua anak telah mengenal
huruf dengan baik. Ada beragam model
variasi latihan menyalin. Di antaranya
menyalin tulisan apa adanya sesuai dengan sumber yang ada, menyalin tulisan
dengan cara berbeda, misalnya dari huruf cetak ke huruf tegak sambung. Atau sebaliknya dari huruf bersambung ke
huruf cetak.
g.
Latihan menulis halus/indah. Latihan dapat dilakukan dengan
menggunakan buku bergaris untuk latihan menulis atau buku otak. Ada petunjuk berharga yang dapat anda ikuti,
jika murid-murid anda tidak memiliki fasilitas seperti itu.
h.
Latihan dikte/imla.
Latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengoordinasikan
ucapan, pendengaran, ingatan, dan jari-jarinya (ketika menulis), sehingga
ucapan seseorang itu dapat didengar, diingat, dan dipindahkan.
i.
Latihan melengkapi tulisan (melengkapi huruf, suku kata,
atau kata) yang secara sengaja dihilangkan. Melengkapi tulisan dapat berupa :
1. Melengkapi huruf
2. Melengkapi suku kata
3. Melengkapi kata
j.
Menuliskan nama benda yang terdapat dalam gambar.
k. Mengarang sederhana dengan bantuan
gambar. Dengan langkah sebagai berikut.
1. Guru menunjukkan suatu susunan
gambar berseri.
2. Guru bercerita dan bertanya-jawab
tentang tema, isi, dan maksud gambar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Membaca merupakan suatu proses yang
bersifat fisik dan spikologis.Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan
mengamati tulisan secara visual.Dengan indra visual,pembaca mengenali dan
membedakan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya.Sedangkan menulis adalah
proses mengungkapkan gagasan,pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan.
Dalam membaca permulaan ada 6 metode
yang dapat di pergunakan,antara lain:
1.
Metode abjad
2.
Metode bunyi
3.
Metode kupas rangkai suku kata
4.
Metode tata lembaga
5.
Metode global
6.
Metode SAS
Sedangkan dalam metode menulis permulaan ada 4 metode yang
dapat di terapkan,antara lain:
1.
Metode eja
2.
Metode kata lembaga
3.
Metode global
4.
Metode SAS
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membaca dan menulis
permulaan ini terbagi ke dalam 2 tahapan sebagai berikut:
1. Pembelajaran tanpa buku
2. Pembelajaran dengan menggunakan buku
B.
Saran
Hasil
penulisan ini di harapkan dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan
mutu proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan di kelas rendah. Menulis
permulaan merupakan tahapan proses belajar menulis bagi siswa sekolah dasar
kelas awal.
Oleh
sebab itu, sebagai pengajar kelakhendaknya kita mengajar dengan langkah-langkah
yang benar sertamemperhatikan rambu-rambu dalam pembelajaran menulis, Karena
hal ini merupakan dasar bagi pembelajaran selanjutnya. Serta dalam pembelajaran
MMP ini keterampilan guru sebagai pengajar yang pertama bagi anak kelas satu
ini harus sangat penuh dengan perhatian
kepada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Hartati,
Tatat dkk.(2006). Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia di Kelas Rendah.Bandung : UPI PRESS.
Purwanto,
M. Ngalim dan Djeniah. 1997. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar. Jakarta: PT Rosda Jayaputra.
Depdiknas.
2000. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen.
Depdiknas.
2000. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen.
0 komentar:
Posting Komentar