Welcome to my blog, hope you enjoy reading :)
RSS

Rabu, 26 Oktober 2016

Metode Membaca dan Menulis Permulaan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Penulisan
Sebagaimana kita semua ketahui, tujuan akhir kita dari pengajaran bahasa Indonesia adalah siswa terampil berbahasa. Dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan berbahasa tercermin dalam empat aspek ketrampilan berbahasa, yakni berbicara, membaca dan menulis. Pemerolehan ketrampilan berbahasa selalu saling terkait, artinya pemerolehan ketrampilan berbahasa yang satu akan mendasari ketrampilan
Ketrampilan membaca itu sendiri adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari suatu yang ditulis. Ketrampilan membaca dan menulis ini diperoleh seseorang setelah mereka memasuki usia sekolah. Oleh karena itu, kedua jenis ketrampilan berbahasa ini merupakan sajian pembelajaran yang utama dan utama bagi para murid-murid sekolah dasar di kelas awal. Kedua materi ketrampilan ini dikemas dalam satu paket pembelajaran yang dikenal dengan paket membaca, menulis permulaan.
Untuk itu makalah ini kami buat untuk menjelaskan bagaimana evaluasi pembelajaran bahasa, terutama membaca dan menulis permulaan di kelas dasar atau kelas awal.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja pengenalan terhadap berbagai metode membaca dan menulis permulaan?
2.      Bagaimana perancang pembelajaran membaca dan menulis permulaan?
3.      Bagaimana pelaksanaan membaca dan menulis permulaan?
C.    Tujuan Penulisan
1.        Mengetahui pengenalan terhadap berbagai metode membaca dan menulis permulaan.
2.        Mengetahui perancang pembelajaran membaca dan menulis permulaan.
3.        Mengetahui pelaksanaan membaca dan menulis permulaan.
BAB II
PEMBAHASAN

1.        Membaca dan Menulis Permulaan
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang di tulis. Membaca melibatkan pengenalan symbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum untuk mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor.
Sebagian besar kegiatan membaca sebagian besar dilakukan dari kertas. Batu atau kapur di sebuah papan tulis bisa juga dibaca. Tampilan komputer dapat pula dibaca.
Membaca dapat  menjadi sesuatu yang dilakukan sendiri maupun dibaca keras-keras. Hal ini dapat menguntungkan pendengar lain, yang juga bisa membangun konsentrasi kita sendiri. Membaca merupakan kegiatan yang membutuhkan keseimbangan yang baik, dimulai dari mulai gerakan mata dan pemantapan pemikiran serta kemampuan untuk menerima informasi dan menelaah informasi tersebut.
Dibutuhkannya keseimbangan yang baik dan akurat agar kita mampu menerima informasi secara tepat dan mengingat informasi tersebut saat kita perlukan. Dalam membaca dibutuhkan pula kosentrasi agar kita bisa menyimpan informasi secara maksimal. Semakin sering kita membaca maka semakin baik pula kemampuan membaca kita.
Para ahli telah mendefinisikan tentang membaca dan tidak ada criteria tertentu untuk menentukan suatu definisi yang dianggap paling besar. Menurut Hariss dan Sipay (1980;8) membaca sebagai suatu kegiatan yang memberikan respon makna secara tepat terhadap lambing verbal yang tercetak atau tertulis. Pemahaman atau makna dalam membaca lahir dari interaksi antara presepsi terhadap symbol grafis dan ketrampialn berbahasa serta pengatahuan pembaca. Dalam interaksi ini, pembaca berusaha mencipatakan kembali makna sebagaimana makna yang ingin disampaikan oleh penulis dan tulisannya. Dalam proses membaca itu pembaca mencoba mengkreasikan apa yang dimaksud oleh penulis.
Membaca , menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku di kelas 1 sekolah dasar, Membaca dan menulis permulaan merupakan menu utama.
Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambing-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambing-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambing bunyi-bunyi tersebut.
Kemudian kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan ( mirip dengan kemampuan melukis atau menggambar) lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna . selanjutnya dengan kemampuan dasar ini, secara perlahan-lahan anak-anak digiring pada kemampuan menuangkan gagasan, pikiran, perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambing-lambang tulis yang sudah dikuasainya. Inilah kemampuan menulis yang sesungguhnya.

A.      Pengenalan Terhadap Berbagai Metode Membaca dan Menulis Permulaan
1.        Metode Abjad (Alphabet)
Pembelajaran membaca permulaan dengan metode abjad dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf secara alphabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Untuk beberapa kasus, anak susah membedakan huruf-huruf b, d, p, q atau n, u, m, w. untuk itu guru melatihkan huruf-huruf tersebut berulang-ulang atau dengan cara member warna yang berbeda.
Setelah tahapan itu siswa diajak untuk mengenal suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yan sudah dikenalnya.
Contoh :          b dan a dibaca ba
       C dan a dibaca ca
Sehingga dua suku kata tersebut dibaca menjadi “baca”.
2.      Metode Eja  (Spelling Method)
                       Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri dari pengenalan huruf atauabjad A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem. Metode kita lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata.
           Metode ini hampir sama dengan metode abjad. Perbedaanya terletak pada system pelafalan abjad atau huruf (baca: beberapa konsonan).
Contoh :
Huruf b dilafalkan /eb/ : dilafalkan dengan e pepet.
Huruf d dilafalkan /ed/
Huruf c dilafalkan /ec/
Huruf g dilafalkan /ec/
Huruf f dilafalkan /ep/
Huruf k dilafalkan /ek/
Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan pada siswa kelas rendah (I dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan memilih salahsatu metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada siswa. Guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai berikut:
a.       Dapat menyenangkan siswa.
b.      Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya.
c.       Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien.
3.      Metode Suku Kata (Syllabic Method)
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata seperti ba, bi bu, be, bo, ca.ci,cu,ce,co, da,di,du,de,do, dan seterusnya. Kemudian suku – suku kata tersebut dirangkaikan menjadi kata- kata yang bermakna, misalnya:
Ba – bi cu – ci da – da
Ba – bu ca – ci du – da
Bi – bi ca – ca da – du
Ba – ca cu – cu di – di
Kemudian dari sukun kata diatas dirangkaikan menjadi kalimat sederhana yang dimaksud dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat sederhana.
Contoh:
Da – da ba – bi
Bi – bi ca – ca
Ba – bu di – di (dan seterusnya)
Kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil di bawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku – suku kata.
(kalimat → kata – kata → suku – suku kata)
4.      Metode Kata (Whole Word Method)
Metode ini diawali dengan pengenalan kata yang bermakna, fungsional, dan kontekstual. Sebaiknya dikenalkan dengan kata yang terdiri dari dua suku kata terlebih dahulu. Kemudian mengenalkan suku kata tersebut dengan membaca kata secara perlahan, dan memberikan jeda pada tiap suku kata. Hal ini dapat dikombinasikan dengan gerakan tepukan tangan pada setiap suku kata. Tujuannya merangsang motorik anak serta melatih anak mengenal penggalan suku kata.
5.      Metode Kalimat/Global (Syntaxis Method)
Decroly.”Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.
Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:
a.       Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca tanpa bantuan gambar, misalnya: Ini Nani
b.      Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /Nani/
c.        Menguraikan kata-kata menjadisuku kata: i – ni - na – ni
d.      Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i-n-i - n-a-n-i
6.      Metode SAS (Structural, Analytic, Syntatic)
Metode SAS merupakan singkatan dari “Struktural Analitik Sintetik”. Metode SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran menulis membaca permulaan bagi siswa pemula.
Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah langkah berlandaskan operasional dengan urutan :
a.         Struktural menampilkan keseluruhan, guru menampilkan sebuah kalimat pada anak.
b.        Analitik melakukan proses penguraian: anak daiajak untuk megenal konsep kata dan mulai menganalisis kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata dan suku kata menjadi huruf.
c.         Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula, setelah kalimat diuraikan dari huruf dirangkai menjadi suku kata, suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat semula.
7.      Metode 4 Tahap Steinberg (Four Steps SteinbergMethod)
Menurut Steinberg (1982) ada empat tahap (langkah) dalam pembelajaran membaca permulaan, yaitu :
a.       Mengenal kata dan maknanya (membaca kata dengan gambar).
b.       Memahami kata yang dibacanya (membaca kata tanpa gambar).
c.       Membaca frase atau kalimat.
d.       Membaca teks atau wacana.

8.      Metode Menulis Permulaan di Sekolah Dasar
Metode menulis permulaan akan mengikuti metode yang digunakan pada metode membaca permulaan. Misalnya, jika guru menggunakan metode abjad pada membaca permulaan maka akan menggunakan menulis permulaan dengan menggunakan metode abjad pula.
Contoh siswa di suruh menyalin huruf: a, b, c, d, f, g, h, i, j, dan seterusnya.Metode menulis permulaan sama seperti membaca permulaan, diantaranya :
a.         Metode Abjad (Alphabet)
b.        Metode Eja  (Spelling Method)
c.         Metode Suku Kata (Syllabic Method)
d.        Metode Kata (Whole Word Method)
e.         Metode Kalimat/Global (Syntaxis Method)
f.         Metode SAS (Structural, Analytic, Syntatic)
g.         Metode 4 Tahap Steinberg (Four Steps Steinberg Method)
Kelebihan atau Keunggulan dan Kelemahan Membaca dan Menulis Permulaan di sekolah Dasar
1.      Metode Abjad (Alphabet)
Kelebihan metode abjad adalah :
a.    Siswa diharuskan untuk mengetahui setiap lambang huruf jadi siswa lebih cepat dan hafal dari alphabet.
b.    Siswa langsung mengetahui bunyi dari setiap bentuk huruf.
Kekurangan metode abjad adalah :
a.    Siswa diharuskan untuk mengetahui setiap lambang huruf kemudian menyusunnya  menjadi kata maka membutuh kan waktu yang lama.
b.    Apabila tidak diulang terus menerus kebanyakan siswa akan mudah lupa antara bentuk dan bunyi huruf tersebut.




2.      Metode Eja  (Spelling Method)
Kelebihan metode eja adalah :
a.       Siswa diharuskan untuk mengetahui setiap lambang huruf jadi siswa lebih cepat dan hafal fonem.
b.      Siswa langsung mengetahui bunyi dari setiap bentuk huruf.
Kekurangan metode eja adalah :
a.       Siswa diharuskan untuk mengetahui setiap lambang huruf kemudian menyusunnya  menjadi kata maka membutuh kan waktu yang lama.
b.      Apabila tidak diulang terus menerus kebanyakan siswa akan mudah lupa antara bentuk dan bunyi huruf tersebut.
3.      Metode Suku Kata (Syllabic Method)
Kelebihan metode suku kata adalah :
a.       Dalam membaca tidak ada mengeja huruf demi huruf sehigga mempercepat proses penguasaan kemampuan membca permulaan.
b.      Dapat belajar mengenal huruf dengan mengupas atau menguraikan suku kata suku kata yang dipergunakan dalam unsur-unsur hurufnya.
c.       Penyajian tidak memakan waktu yang lama
d.      Dapat secara mudah mengetahui berbagai macam kata
Kelemahan metode suku kata adalah :
a.       Bagi anak kesuliatan belajar yang kurang mengenal huruf, akan mengalami kesulitan merangkaikan huruf menjadi suku kata.
b.      Siswa akan sulit bila disuruh membaca kata-kata lain, karena mereka akan condong mengingat suku kata yang diajarkan saja.
4.      Metode Kata (Whole Word Method)
Kelebihan metode kata adalah :
a.       Dalam membaca tidak ada mengeja huruf demi huruf sehigga mempercepat proses penguasaan kemampuan membca permulaan.
b.      Langsung mengetahui kata tanpa harus mengejenya, yang dapat meperlambat proses pengajaran


Kelemahan metode global adalah :
a.       Biasanya anak tidak langsung bisa membaca perkata.
b.      Susah diterapkan pada anak yang mempunyai intelejensi kurang.
5.      Metode Kalimat/Global (Syntaxis Method)
Kelebihan metode global adalah :
a.       Karena menggunakan gambar maka siswa lebih cepat mengerti dan hafal.
Kelemahan metode global adalah :
a.       Metode global memakai gambar metode ini tidak bisa diterapkan di SD daerah pedesaan karena untuk mendapatkan gambar sangat sulit, jauh dari tempat fotocopy atau print.
b.      Mungkin siswa akan menghafal gambar saja, dan tidak terlalu memperhatikan kalimatnya.
6.      Metode SAS (Structural, Analytic, Syntatic)
Kelebihan metode SAS adalah :
a.       Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis.
b.      Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya.
c.       Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak menguasai bacaan dengan lancar.
Kelemahan metode SAS adalah :
a.       Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar. Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini.
b.      Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk sekolah sekolah tertentu dirasa sukar.
c.       Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di pedesaan.
d.      Oleh karena agak sukar mengajarkan para pengajar metode SAS maka di sana-sini Metode ini tidak dilaksanakan.

7.      Metode 4 Tahap Steinberg (Four Steps Steinberg Method)
Kelebihan metode 4 tahap steinberg adalah :
a.       Lebih cepat memahami membaca karena kata yang diajarkan memiliki makna yang telah diketahui oleh siswa seperti bola.
b.      Proses pembelajaran mengikuti prinsip pendekatan spiral (dari yang mudah ke yang sulit).
Kelemahan metode 4 tahap steinberg adalah :
a.Sulit di terpakan pada anak-anak yang mempunyai intelejensi yang kurang.

B.     Perancang Pembelajaran Membaca dan Menulis Pembelajaran
1.    Hakikat membaca
Pada hakikatnya membaca ialah kegiatan yang menggunakan mata dengan pikiran.Dalam kegiatan membaca,pembaca memproses informasi dari teks yang di baca untuk memperoleh makna(Vacca,1991:172).Membaca merupakan kegiatan yang di lakukan setiap hari.Dengan membaca kita dapat memperluas pengetahuan yang kita miliki.Oleh karena itu membaca perlu di ajarkan sejak awal pembelajaran di SD.
(Gibbon,1993)mendefinisikan membaca sebagai proses memperoleh makna dari cetakan.Jadi membaca bukanlah kegiatan yang bersifat pasif dan reseptif saja,tetapi membaca juga di tuntut untuk berfikir mengenai makna yang terkandung dalam bacaan.
a.         Pengertian membaca permulaan
Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses Recoding dan Decoding(Anderson,1972:209). Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan spikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual dengan indra visual,pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses Recoding, pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang di bacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.
Di samping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk membantu memahami maksud baris-baris tulisan.Proses spikologis berupa kegiatan berfikir dalam mengolah informasi.Melalui proses Decoding,gambar-gambar bunyi dan kombinasinya di identifikasi,di uraikan,kemudian di beri makna.Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan (Syafi’i,1999:7).
Menurut La Barge dan Samuels (Dalam Dawni and Leong,1982:206) proses membaca permulaan melibatkan 3 komponen,yaitu:
1.      Visual memory (VM)
2.      Phonologikal memory (PM)
3.      Semantic memory (SM)
Lambang-lambang fonem tersebut adalah kata,dan kata di bentuk menjadi kaliamat.Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya.Pada tingkat VM,huruf,kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis,sedangkan pada tingkat PM terjadi proses pembunyian lambang.Lambang tersebut juga dalam bentuk kata,dan kalimat.
Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM.Akhirnya pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat.Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca.
Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis.Melalui tulisan itulah siswa di tuntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut,untuk memperoleh kemampuan membaca di perlukan 3 syarat,yaitu:
1.      Kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis.
2.      Penguasaan kosa kata untuk memberi arti.
3.      Memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif.Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem,sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah di kenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat.
b.        Pembelajaran membaca permulaan
Pembelajaran membaca permulaan di berikan di kelas 1 dan 2.Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar,sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah,1991/1992:31).Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa.Tingkatan ini sering di sebut dengan tingkatan belajar membaca (Learning to read).
Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan.Tingkatan ini di sebut sebagai membaca untuk belajar (Reading to learn).Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum,artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan,telah di mulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas.Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan,masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan (Syafi’i,1999:16).
c.         Pengertian menulis permulaan
Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan (Kamus besar bahasa indonesia, 1993:968) Menurut pengertian ini menulis merupakan hasil,yaitu melahirkan pikiran dalam perasaan ke dalam tulisan. Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang di sampaikan penulis dapat di pahami pembaca (Tarigan,1986:21).
Dari pengertian menulis tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa menulis adalah proses mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan.
d.        Tujuan Penulisan
Setiap penulis tentu memiliki tujuan dalam menuangkan pikiran atau gagasannya serta perasaannya melalui bahasa tulis, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Adapun beberapa tujuan menulis secara umum yaitu:
1.    Untuk memberikan suatu informasi
2.    Untuk meyakinkan atau mendesak pembaca
3.    Untuk menghibur atau menyenangkan pembaca
4.    Untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat
Hugo Hartig dalam tarigan (1986: 24-25) merumuskan tujuan menulis, yakni :
1.    Tujuan Penugasan
Penulis tidak memiliki tujuan untuk apa dia menulis. Penulis hanya menulis tanpa mengetahui tujuannya.Dia menulis karena mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri.Misalnya siswa ditugaskan merangkum sebuah buku atau seorang guru disuruh membuat laporan oleh Kepala Sekolahnya.
2.    Tujuan Altruistik
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.Penulis harus berkeyakinan, bahwa pembaca adalah “teman” hidupnya.Sehingga penulis benar-benar dapat mengkomunikasikan suatu ide atau gagasan bagi kepentingan pembaca. Hanya dengan cara itulah tujuan altruistic dapat tercapai.
3.    Tujuan Persuasif
Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar pembaca yakin akan kebenaran gagasan atau ide yang dituangkan atau diutarakan penulis. Tulisan semacam ini banyak dipergunakan oleh para penulis untuk menawarkan sebuah produksi barang dagangan atau dalam kegiatan politik



4.    Tujuan Informasional (Tujuan Penerangan)
Penulis menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberi informasi atau keterangan kepada pembaca. Di sini penulis berusaha menyampaikan informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang diinformasikan oleh penulis.
5.    Tujuan Pernyataan Diri
Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakann dirinya sendiri kepadaa para pembaca dengan melalui tulisannya, pembaca dapat memahami “siapa” sebenarnya penulis itu.
6.    Tujuan Kreatif
Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis.Di sini bukan hanya memberikan informasi melainkan lebih dari itu.
7.    Tujuan Pemecahan Masalah
Penulis berusaha memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Dengan tulisannya, penulis berusaha memberi kejelasan kepada para pembaca tentang bagaimana cara pemecahan suatu masalah.
e.    Tujuan Menulis Permulaan
Dalam menulis permulaan, tujuannya adalah agar siswa dapat menulis kata-kata dan kalimat sederhana dengan tepat.Pada menulis permulaan siswa diharapkan untuk dapat memproduksi tulisan yang dapat dimulai dengan tulisan eja. Contoh tulisan e,d,f,k,j,dan dapat berupa suku kata seperti su-ka, ma-ta, ha-rus, lu-ka serta dalam bentuk kalimat sederhana.
Seperti halnya membaca permulaan, menulis permulaan juga dapat menggunakan metode-metode seperti metode abjad, metode suku kata, metode global dan metode SAS. Menulis permulaan (dengan huruf kecil) di kelas 1SD tujuannya adalah agar siswa memahami cara menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan ide/pesan secara tertulis, materi pelajaran menulis permulaan dikelas 1SD disajikan secara bertahap dengan menggunakan pendekatan huruf, suku kata, kata-kata atau kalimat.
Menulis permulaan (dengan huruf besar pada awal kalimat) di kelas II tujuannya yaitu agar siswa memahami cara menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan ide /pesan secara tertulis, untuk memperkenalkan cara menulis huruf besar di kelas II SD mempergunakan pendekatan spiral maksudnya huruf demi huruf diperkenalkan secara berangsur-angsur sampai pada akhirnya semua huruf dikuasai oleh para siswa. Kemampuan menulis yang diperoleh siswa di kelas I dan kelas II tersebut akan menjadi dasar pembelajaran menulis di kelas-kelas berikutnya.
f.         Pembelajaran Menulis Permulaan
Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan.Pada tingkat dasar atau permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik.Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan (mirip dengan kemampuan melukis atau menggambar) lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna.Selanjutnya dengan kemampuan dasar ini, secara perlahan-lahan anak-anak digiring pada kemampuan menuangkan gagasan, pikiran, perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambang-lambang tulis yang dikuasainya.Inilah kemampuan menulis yang sesungguhnya.
Untuk kemampuan menulis di kelas satu (kelas rendah), kurikulum 2004 menetapkan standar kompetensi sebagai berikut : Siswa mampu menulis beberapa kalimat yang dibuat sendiri dengan huruf lepas dan huruf sambung, menulis kalimat yang didiktekan guru,dan menulis rapi menggunakan huruf sambung. Standar kompetensi ini diturunkan menjadi beberapa kompetensi dasar, yaitu :
1.      Membiasakan sikap menulis yang benar (memegang dan menggunakan alat tulis).
2.      Menjiplak dan menebalkan.
3.      Menyalin.
4.      Menulis permulaan.
5.       Menulis beberapa kalimat dengan huruf sambung.
6.       Menulis kalimat yang didiktekan guru.
7.       Menulis dengan huruf sambung.
C.      Pelaksanaan Membaca dan Menulis Permulaan
Pada bagian ini kita akan berlatih bagaimana melaksanakan pembelajaran membaca dan menulis permulaan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan mengambil salah satu metode tertentu.Yang perlu kita pahami adalah konsep-konsep pokok,langkah-langkah pembelajaran membaca dan menulis permulaan yang berlandasan pada penggunaan metode membaca dan menulis permulaan tertentu.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membaca dan menulis permulaan ini terbagi ke dalam 2 tahapan sebagai berikut:
1.        Pembelajaran tanpa buku
2.        Pembelajaran dengan menggunakan buku
Langkah-langkah pembelajaran menulis dan membaca permulaan (MMP) tanpa buku yaitu :
1.        Menunjukkan gambar
2.        Menceritakan gambar
3.        Siswa bercerita dengan bahasa sendiri
4.        Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf (tulisan)melalui bantuan gambar
5.        Membaca tulisan bergambar
6.        Membaca tulisan tanpa gambar
7.        Memperkenalkan huruf,suku kata,kata atau kalimat dengan bantuan kartu
Langkah-langkah pembelajaran menulis dan membaca permulaan (MMP) dengan menggunakan buku yaitu:
1.        Membaca buku pelajaran atau paket
2.        Membaca buku atau majalah anak yang sudah terpilih
3.        Membaca bacaan susunan bersama guru dan siswa
4.        Membaca bacaan susunan siswa(kelompok perseorangan)
Langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan adalah :
1.        Pengenalan huruf
Kegiatan ini di lakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran membaca permulaan.Penekanan pembelajaran di arahkan pada pengenalan bentuk tulisan serta pelafalannya dengan benar.Fungsi pengenalan ini di maksudkan untuk melatih indra siswa dalam mengenal dan membedakan bentuk dan lambang-lambang tulisan.
Mari kita perhatikan salah satu contoh pembelajaran pengenalan bentuk tulisan untuk murid kelas 1 SD.Misalnya guru hendak mengenalkan huruf a, i, dan n.  Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1.        Guru menunjukkan gambar seorang anak perempuan dan seorang anak laki-  laki.  Dua anak tersebut diberi nama "nana" dan "nani".
2.        Guru mengenalkan nama kedua anak itu sambil menunjuk tulisan "nani" dan "nana" yang tertera di bawah masing-masing gambar.
3.        Melalui proses tanya-jawab secara berulang-ulang, anak diminta menunjukkan mana "nani" dan mana "nana" sambil diminta menunjuk bentuk tulisannya.
4.        Selanjutnya, guru memindahkan dan menuliskan kedua bentuk tulisan tersebut di papan tulis, dan anak diminta untuk memerhatikannya.  Guru hendaknya menulis secara perlahan-lahan, dan anak diminta untuk memperhatikan gerakan-gerakan tangan, serta contoh pengucapan dari bentuk tulisan yang sedang ditulis guru.
5.        Setiap tulisan itu kemudian dianalisis dan disintesiskan kembali.  Perhatikan contoh tulisan berikut.
Ada beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat kita lakukan seperti:
a.         Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar.  Tangan kanan berfungsi untuk menulis, tangan kiri untuk menekan buku tulis, agar tidak mudah bergeser.  Pensil diletakkan di antara ibu jari dan telunjuk. Ujung jari telunjuk, dan jari tengah menekan pensil dengan luwes, tidak kaku.  Posisi badan ketika duduk hendaknya tegak, dada tidak menempel pada meja, jarak antara mata dengan buku kira-kira 25-30cm.
b.        Latihan gerakan tangan.  Mula-mula melatih gerakan tangan di udara dengan telunjuk sendiri, atau dengan bantuan alat seperti pensil.  Kemudian dilanjutkan dengan latihan dalam buku latihan.  Agar kegiatan ini menarik, sebaiknya disertai dengan kegiatan bercerita.  Misalnya, untuk melatih membuat garis lurus, guru dapat bercerita yang ada kaitannya dengan pagar, bulatan dengan telur, dan sebagainya.
c.         Latihan mengeblat, yakni menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan yang sudah ada.  Ada beberapa cara mengeblat yang bisa dilakukan anak, misalnya dengan menggunakan karbon, menggunakan kertas tipis, menebalkan tulisan yang sudah ada.  Sebelum anak melakukan kegiatan ini, guru hendaknya memberi contoh cara menulis dengan benar di papan tulis, kemudian anak menirukan gerakan tersebut dengan telunjuknya di udara.  Setelah itu, barulah kegiatan mengeblat dimulai.  Pengawasan dan bimbingan harus dilakukan secara individual sampai seluruh anak terperhatikan.
d.        Latihan menghubung-hubungkan tanda titik yang membentuk tulisan.  Latihan dapat dilakukan pada buku-buku yang secara khusus menyajikan latihan semacam ini.
e.         Latihan menatap bentuk tulisan.  Latihan ini dimaksudkan untuk melatih koordinasi antara mata, ingatan, dan jemari anak ketika menulis, sehingga anak dapat mengingat bentuk kata/huruf dalam benaknya, dan memindahkannya ke jemari tangannya.  Dengan demikian, gambaran kata yang hendak ditulis tergores dalam ingatan dan pikiran siswa pada saat dia menuliskannya.
f.         Latihan menyalin, baik dari buku pelajaran maupun dari tulisan guru pada papan tulis.  Latihan ini hendaknya diberikan setelah dipastikan bahwa semua anak telah mengenal huruf dengan baik.  Ada beragam model variasi latihan menyalin.  Di antaranya menyalin tulisan apa adanya sesuai dengan sumber yang ada, menyalin tulisan dengan cara berbeda, misalnya dari huruf cetak ke huruf tegak sambung.  Atau sebaliknya dari huruf bersambung ke huruf cetak.
g.        Latihan menulis halus/indah. Latihan dapat dilakukan dengan menggunakan buku bergaris untuk latihan menulis atau buku otak.  Ada petunjuk berharga yang dapat anda ikuti, jika murid-murid anda tidak memiliki fasilitas seperti itu.
h.        Latihan dikte/imla.  Latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengoordinasikan ucapan, pendengaran, ingatan, dan jari-jarinya (ketika menulis), sehingga ucapan seseorang itu dapat didengar, diingat, dan dipindahkan.
i.          Latihan melengkapi tulisan (melengkapi huruf, suku kata, atau kata) yang secara sengaja dihilangkan. Melengkapi tulisan dapat berupa :
1.    Melengkapi huruf
2.    Melengkapi suku kata
3.    Melengkapi kata
j.        Menuliskan nama benda yang terdapat dalam gambar.
k.      Mengarang sederhana dengan bantuan gambar.  Dengan langkah sebagai berikut.
1.    Guru menunjukkan suatu susunan gambar berseri.
2.    Guru bercerita dan bertanya-jawab tentang tema, isi, dan maksud gambar.


















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan spikologis.Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual.Dengan indra visual,pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya.Sedangkan menulis adalah proses mengungkapkan gagasan,pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan.
Dalam membaca permulaan ada 6 metode yang dapat di pergunakan,antara lain:
1.        Metode abjad
2.        Metode bunyi
3.        Metode kupas rangkai suku kata
4.        Metode tata lembaga
5.        Metode global
6.        Metode SAS
Sedangkan dalam metode menulis permulaan ada 4 metode yang dapat di terapkan,antara lain:
1.        Metode eja
2.        Metode kata lembaga
3.        Metode global
4.        Metode SAS
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membaca dan menulis permulaan ini terbagi ke dalam 2 tahapan sebagai berikut:
1.      Pembelajaran tanpa buku
2.      Pembelajaran dengan menggunakan buku




B.     Saran
Hasil penulisan ini di harapkan dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan di kelas rendah. Menulis permulaan merupakan tahapan proses belajar menulis bagi siswa sekolah dasar kelas awal.
Oleh sebab itu, sebagai pengajar kelakhendaknya kita mengajar dengan langkah-langkah yang benar sertamemperhatikan rambu-rambu dalam pembelajaran menulis, Karena hal ini merupakan dasar bagi pembelajaran selanjutnya. Serta dalam pembelajaran MMP ini keterampilan guru sebagai pengajar yang pertama bagi anak kelas satu ini harus sangat  penuh dengan perhatian kepada anak.




















DAFTAR PUSTAKA

Hartati, Tatat dkk.(2006). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.Bandung : UPI PRESS.
Purwanto, M. Ngalim dan Djeniah. 1997. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Rosda Jayaputra.
Depdiknas. 2000. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen.
Depdiknas. 2000. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Website templateswww.seodesign.usFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver