BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Penulisan
Perubahan esensial yang terjadi dalam kehidupan seorang
anak usia SD adalah semakin meluasnya lingkungan pergaulan. Perubahan ini
mendorong anak untuk memperluas lingkup interaksi sosialnya yang berkaitan juga
dengan perkembangan pribadi anak tersebut.
Untuk dapat
memahami perkembangan sosial dan kepribadian anak secara lebih mendalam maka
harus mengetahui tentang perkembangan emosi dan sosial, perkembangan identitas
diri, serta perkembangan moral anak. Yang akan mendukung suasana lingkungan
yang kondusif bagi perkembangan sosial dan pribadi anak.
Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada
bayi yang baru lahir. Gejala pertama perilaku emosional adalah keterangsangan
umum terhadap stimulasi yang kuat. Keterangsangan yang berlebih-lebihan ini
tercermin dalam aktivitas yang banyak pada bayi yang baru lahir. Meskipun
demikian, pada saat bayi lahir, bayi tidak memperlihatkan reaksi yang secara
jelas dapat dinyatakan sebagai keadaan emosional yang spesifik.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
menguraikan teori perkembangan kepribadian anak usia sekolah menurut Freud
2. Bagaimana
mendiskusikan faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian
C. Tujuan
Penulisan
1. Mengatahui
menguraikan teori perkembangan kepribadian anak usia sekolah menurut Freud
2. Mengatahui
mendiskusikan faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Menguraikan
Teori Perkembangan Kepribadian Anak Usia Sekolah Menurut Freud
Kepribadian merupakan suatu hal yang
sangat penting bagi manusia sebagai individu. Hal ini disebabkan karena
kepribadian seseorang terkadang menentukan posisi dan kedudukannya di
masyarakat. Berkenaan dengan hal tersebut Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa
sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari
keturunan dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing.
Keadaan fisik yang berlainan itu menyebabkan sikap dan sifat-sifat yang
berbeda-beda pula. Namun, dalam uraian ini pembahasan akan terfokus kepada
seperti apa pemikiran Freud mengenai kepribadian dan perkembangan kepribadian
itu sendiri. Sigmund Freud (1856-1939) merupakan pelopor teori psikodinamika.
Teori yang dikemukakan Freud berfokus
pada masalah alam bawah sadar, sebagai salah satu aspek kepribadian seseorang.
Penekanan Freud pada alam bawah sadar berasal dari hasil pelacakannya terhadap
pengalaman-pengalaman pribadi para pasiennya, di mana ditemukan bahwa
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi
kehidupan pasien di masa-masa selanjutnya. Impresinya terhadap pentingnya
periode awal kehidupan manusia, yang informasinya kemudian tertanam dalam alam
bawah sadar, meyakinkannya bahwa informasi dalam alam bawah sadar itu sangat
penting, karena dari situlah muncul berbagai gangguan emosi.
Teori psikodinamika yang berarti “jiwa
yang aktif”, juga disebut oleh banyak orang sebagai teori psikoanalisis.[4]
Pemikiran Freud terhadap hal yang demikian itu sebagaimana disebutkan di atas
lebih dikarenakan pengalaman pribadinya dan para pasiennya. Demikian juga
dengan teori kepribadian dan psikoseksualnya, yang berkembang karena pengalaman
masa kecil dan berdampak pada masa selanjutnya. Adapun makna perkembangan
kepribadian menurut Freud adalah “Belajar tentang cara-cara baru untuk
mereduksi ketegangan (tension reduction) dan memperoleh kepuasan”. Ketegangan
itu terjadi bersumber kepada empat aspek yaitu:
1. Pertumbuhan
fisik. Seperti peristiwa menstruasi dan mimpi pertama dapat menimbulkan aspek
psikologis dan juga ada tuntutan baru dari lingkungan (seperti dalam berpakaian
dan bertingkah laku).
2. Frustrasi.
Orang yang tidak pernah frustasi tidak akan berkembang. Jika anak dimanja (over
protection) tidak akan berkembang rasa tanggung jawab dan kemandiriannya.
3. Konflik.
Ini terjadi antara id, ego dan superego. Apabila individu dapat mengatasi
setiap konflik yang terjadi di antara ketiga komponen kepribadian tersebut,
maka dia akan mengalami perkembangan yang sehat.
4. Ancaman.
Lingkungan, di samping dapat memberikan kepuasan kepada kebutuhan atau dorongan
instink individu, juga merupakan sumber ancaman baginya yang dapat menimbulkan
ketegangan. Apabila individu dapat mengatasi ancaman yang dihadapinya, makan
dia akan mengalami perkembangan yang diharapkan.
Faktor lain yang mempengaruhi
perkembangan kepribadian menurut Freud adalah kematangan. Kematangan menurutnya
adalah pengaruh asli dari dalam diri. Sedangkan ketegangan dapat timbul karena
empat aspek di atas dan upaya mengatasi ketegangan ini dilakukan individu
dengan identifikasi, sublimasi dan mekanisme pertahanan ego. Perkembangan
kepribadian berlangsung melalui tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual yaitu
tahapan periode perkembangan seksual yang sangat mempengaruhi kepribadian masa
dewasa. Freud berpendapat bahwa perkembangan kepribadian manusia sebagian besar
ditentukan oleh perkembangan seksualitasnya. Keeratan antara seks dengan
kepribadian ini dikemukakan juga oleh Masters dan Johnson yang mengatakan bahwa
seksualitas adalah dimensi dan pernyataan dari kepribadian.
Menurut model perkembangan Freud, di
antara kelahiran dan usia 5 tahun (usia balita), anak mengalami tiga tahap
perkembangan yaitu oral, anal dan phallik. Ketiga tahap ini disebut juga masa
pragenital. Setelah usia 5 tahun tahap laten dan genital (sudah muncul dorongan
seksual). Jadi, makna perkembangan kepribadian menurut Freud adalah belajarnya
individu dalam setiap tahap perkembangannya dalam mengatasi kematangan dan
ketegangan yang dialaminya. Adapun tahapan perkembangan menurut Freud disebut
tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual Freud.
B. Mendiskusikan
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian
Ada beberapa factor penting yang
mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar meliputi : Social, Ekonomi, dan
lingkungan ( lingkungan keluarga dan masyarakat ) sedangkan factor dalam
seperti : factor Genetika ( keturunan ), biologis ( factor ini berubah-ubah
sesuai perkembangan fisik, intelektual, emosional dan moral ).
1. Faktor
luar ( Sosial , Ekonomi, lingkungan : keluarga / masyarakat ) Tidak dapat
dipungkiri bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Dengan kata lain ada ketergantungan antara sesame manusia (sebagai mahluk
sosial). Hubungan antar pribadi (Social process) berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian individu. Dalam berhubungan ( interaksi ) dengan orang
lain, seseorang akan menyesuaikan kepribadian yang ditampilkan terhadap orang
yang diajak berinteraksi. Seperti contohnya Hubungan antara guru dengan siswa,
Pimpinan dengan bawahannya, Orang tua dan anak, penjual dengan pembeli, dll.
Hal lain yang mempengaruhi kepribadian seseorang dalam konteks sosial adalah
persaingan (kompetisi). Jika ada persaingan antar individu, maka kepribadian
seseorang akan menjadi lebih aktif, termotivasi dan cenderung agresif. Demikian
pula halnya jika dalam berinteraksi antar individu terjadi suatu konflik
(permusuhan) maka hal ini akan berpengaruh pada kepribadian seseorang, misalnya
akan menimbulkan sikap arrogansi dan berusaha menjatuhkan lawan konfliknya.
Faktor lain yang mempengaruhi
kepribadian seseorang adalah factor ekonomi. Seseorang yang memiliki kemapanan
ekonomi akan cenderung bersikap konsumtif dan mengikuti perkembangan mode (
style / trends ).. Ditinjau dari sudut positif, kepribadian seseorang akan
berubah menjadi dermawan apabila dia memiliki ekonomi yang mapan ( kaya ).Namun
demikian, ada banyak kasus yang menunjukkan bahwa kepribadian seseorang tidak
dipengaruhi oleh factor ekonomi, karena merupakan sifat bawaan ( watak /
karakter ).. Di pihak lain, seseorang yang memiliki status ekonomi rendah (
miskin ) cenderung merasa inferior ( rendah diri ) dan selektif dalam mengatur
pengeluaran keuangan ( hemat ).
Faktor selanjutnya adalah factor
lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Kepribadian
seseorang sangat di pengaruhi oleh factor lingkungan. Seperti misalnya pada
lingkungan keluarga, seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
menerapkan pola disiplin tinggi dan mandiri, maka anak tersebut akan menjadi
pribadi yang mandiri dan berdisiplin. Demikian pula halnya pada lingkungan
masyarakat, seseorang yang berada dalam lingkungan tertentu akan terpengaruh
dengan keadaan lingkungan tersebut. Contohnya, Pada masyarakat perkotaan,
terutama yang tinggal di perumahan real-estate, kepribadian seseorang cenderung
bersifat individualistis dan kompetitif (dalam gaya hidup). Sebaliknya,
seseorang yang hidup di lingkungan masyarakat pedesaan akan cenderung
mengedepankan sikap saling tolong menolong ( gotong-royong ) dan kekeluargaaan.
Disamping itu, persaingan antar pribadi tidak terlalu menonjol khususnya dalam
hal life style (gaya hidup).
Faktor Dalam (Genetika / keturunan,
biologis : perkembangan fisik, intelektual, emosional dan moral) Faktor
keturunan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi kepribadian seseorang.
Seperti contohnya dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah “
like father like son “ atau “ like mother like daughter “ ( anak bersifat
seperti orangtuanya ). Seorang anak cenderung menurunkan bakat dan sifat dari
orang tuanya. Pepatah yang sering kita dengar di Indonesia : “ buah jatuh tidak
jauh dari pohonnya “. Hal ini membuktikan bahwa sikap atau kepribadian
seseorang dipengaruhi oleh factor keturunan ( genetika )
Faktor lain yang sering mempengaruhi
kepribadian seseorang dalam jangka waktu tertentu sesuai tahap perkembangan
adalah factor biologis. Hal ini meliputi perkembangan fisik, intelektual , emosional
dan moral seseorang. Pada perkembangan fisik seseorang terdapat beberapa fase/
tahapan perkembangan yaitu ; fase balita, fase anak-anak, fase remaja, fase
dewasa. Dalam setiap fase perkembangan fisik akan mempengaruhi perkembangan
kepribadian, emosional, intelektual dan moral seseorang. Seperti contohnya pada
saat seseorang mengalami fase pubertas (remaja ), fase ini ditandai dengan
dorongan sex dan agresivitas, kesadaran dan perhatian terhadap lawan jenis.
Fase ini membawa perubahan secara berchemis dan physiologis organisme.
Perkembangan system hormone memunculkan tanda-tanda sekunder pada organisme (
kumis untuk pria, buah dada pada wanita ). Masa puber dirasakan sebagai masa
komplitnya instink sexual ( Freud ). Demikian pula halnya dengan perkembangan
fase-fase yang lainnya, semuanya memiliki pengaruh terhadap perkembangan
kepribadian seseorang.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi, makna perkembangan kepribadian
menurut Freud adalah belajarnya individu dalam setiap tahap perkembangannya
dalam mengatasi kematangan dan ketegangan yang dialaminya. Adapun tahapan
perkembangan menurut Freud disebut tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual
Freud.
Dalam setiap fase perkembangan fisik
akan mempengaruhi perkembangan kepribadian, emosional, intelektual dan moral
seseorang. Seperti contohnya pada saat seseorang mengalami fase pubertas
(remaja ), fase ini ditandai dengan dorongan sex dan agresivitas, kesadaran dan
perhatian terhadap lawan jenis. Fase ini membawa perubahan secara berchemis dan
physiologis organisme. Perkembangan system hormone memunculkan tanda-tanda
sekunder pada organisme ( kumis untuk pria, buah dada pada wanita ). Masa puber
dirasakan sebagai masa komplitnya instink sexual ( Freud ). Demikian pula
halnya dengan perkembangan fase-fase yang lainnya, semuanya memiliki pengaruh
terhadap perkembangan kepribadian seseorang
B.
Saran
Penulis menyadari jika
makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan ejaan, metodologi penulisan dan
pemilihan kata serta cakupan masalah yang masih kurang adalah diantara
kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan kritik membangun sangat kami
butuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.
0 komentar:
Posting Komentar