BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Penulisan
Kreativitas sebagai pribadi (person), kreativitas
itu mencerminkan keunikan individu dalam pikiran-pikiran dan ungkapan-ungkapan.
Hal ini dipertegas oleh Paul Swartz (1963) bahwa kreativitas merupakan ekspresi
tertinggi individualitas manusia.
Kreativitas sebagai produk (product), suatu karya
dapat dikatakan kreatif, jika karya itu merupakan suatu ciptaan yang baru atau
orisinil dan bermakna bagi individu dan / atau lingkungan.Lebih jauh
diungkapkan oleh Jhon A. Glover (1980) bahwa ada tempat pemberangkatan yang
terbaik, yaitu kriteria yang dianggap cukup representatif oleh sebagian besar
para ahli psikologi dalam mendefinisikan kreativitas.Kriteria yang dimaksudkan
adalah sipat kebaruan (novelty) dan kegunaan (utility).
Kreativitas sebagai proses (process) yaitu bersibuk
diri secara kreatif yang menunjukan kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas
dalam berfikir. Para ahli yang merumuskan definisi kreativitas berdasarkan
proses, yaitu Spearman (1930) dan Torrance (1974). Spearman (Munandar, 1977)
berpendapat bahwa berfikir kreatif pada dasarnya merupakan proses melihat atau
menciptakan hubungan antara proses sadar dan dibawah sadar.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Menguraikan teori kreativitas
2. Bagaimana
Mendiskusikan faktor yang mempengaruhi kreativitas
3. Bagaimana
Menjabarkan perkembangan kreativitas anak
C. Tujuan
Penulisan
1. Mengatahui
Menguraikan teori kreativitas
2. Mengatahui
Mendiskusikan faktor yang mempengaruhi kreativitas
3. Mengatahui
Menjabarkan perkembangan kreativitas anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menguraikan
teori kreativitas
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak
biasa (unusual) dan menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai
persoalan. Selain dari apa yang telah disebutkan diatas, maka untuk memahami
pengertian kreativitas, maka Rhodes (Munandar, 1977) mengemukakan bahwa ada
beberapa tinjauan yang harus dikaji. Adapun definisi kreativitas itu dapat
dikaji melalui the Four P’s of Creativity (Person, Product, Process, and
Press). Adapun beberapa teori kreativitas adalah :
1. Teori
Psikoanalisis, Menganggap bahwa proses ketidak sadaran melandasi kreativitas.
Kreativitas merupakan manifestasi dari
kondisi psikopatologis.
2. Teori
Assosiasionistik, Memandang kreativitas sebagai hasil dari proses asosiasi dan
kombinasi antara elemen-elemen yang telah ada, sehingga menghasilkan sesuatu
yang baru.
3. Teori
Gestalt, Memandang kreativitas sebagai manifestasi dari proses tilikan individu
terhadap lingkungannya secara holistik.
4. Teori
Eksistensial, Mengemukakan bahwa kreativitas merupakan proses untuk melahirkan
sesuatu yang baru melalui perjumpaan antara manusia dengan manusia, dan antara
manusia dengan alam. Menurut May (1980), dengan teori eksistensial ini, setiap
perilaku kreatif selalu didahului oleh ‘perjumpaan’ yang intens dan penuh
kesadaran antara manusia dengan dunia sekitarnya.
5. Teori
Interpersonal, Menafsirkan kreativitas dalam konteks lingkungan sosial.Dengan
menempatkan pencipta (kreator) sebagai inovator dan orang di sekeliling sebagai
pihak yang mengakui hasil kreativitas.Teori ini menekankan pentingnya nilai dan
makna dari suatu karya kreatif. Karena nilai mengimplikasikan adanya pengakuan
sosial.
6. Teori
Trait, Memberikan tempat khusus kepada usaha untuk mengidentifikasi ciri-ciri
atau karakteristik-karakteristik utama kreativitas.
B. Mendiskusikan
faktor yang mempengaruhi kreativitas
Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas
menurut Rogers adalah:
1. Faktor
internal individu yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi
kreativitas, diantaranya :
a. Keterbukaan
terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam individu. Keterbukaan terhadap
pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya
sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap
pengalaman – pengalaman tersebut. Dengan demikian individu kreatif adalah individu
yang mampu menerima perbedaan
b. Evaluasi
internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang di hasilkan ciptaan
seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari
orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan
kritikan dari orang lain.
c. Kemampuan
untuk bermaian dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur - unsur, bentuk-bentuk,
konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
2. Faktor
eksternal (Lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas individu adalah
lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan psikologis. Peran
kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat
dan kebudayaan. Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu
memberi kesempatan adil bagi pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki
anggota masyarakat. Adanya kebudayaan creativogenic, yaitu kebudayaan yang
memupuk dan mengembangkan kreativitas dalam masyarakat, antara lain :(1)
tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan media, (2) adanya
keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan masyarakat, (3)
menekankan pada becoming dan tidak hanya being, artinya tidak menekankan pada
kepentingan untuk masa sekarang melainkan berorientasi pada masa mendatang, (4)
memberi kebebasan terhadap semua warga negara tanpa diskriminasi, terutama
jenis kelamin, (5) adanya kebebasan setelah pengalamn tekanan dan tindakan
keras, artinya setelah kemerdekaan diperoleh dan kebebasan dapat dinikmati, (6)
keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda, (7) adanya toleransi
terhadap pandangan yang berbeda, (8)adanya interaksi antara individu yang
berhasil, dan (9) adanya insentif dan penghargaan bagi hasil karya kreatif.
Sedangkan lingkungan dalam arti sempit yaitu keluarga dan lembaga pendidikan.
Di dalam lingkungan keluarga orang tua
adalah pemegang otoritas, sehingga peranannya sangat menentukan pembentukan kreativitas
anak. Lingkungan pendidikan cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir
anak didik untuk menghasilkan produk kreativitas, yaitu berasal dari pendidik. Selain
itu Hurlock (1993), mengatakan ada enam faktor yang menyebabkan munculnya
variasi kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:
a. Jenis
kelamin, Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak
perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar
hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak
perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman
sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru
untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
b. Status
sosioekonomi, Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih
kreatif dari anak kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok
sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh
pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
c. Urutan
kelahiran, Anak dari berbgai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas
yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan.
Anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki
kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama
lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini
lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.
d. Ukuran
keluarga, Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih
kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik
anak yang otoriter dan kondisi sosiekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih
mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.
e. Lingkungan,
Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan
pedesaan.
f. Intelegensi,
Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada
anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk
menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi
konflik tersebut.
C. Menjabarkan
perkembangan kreativitas anak
Menjabarkan dari perkembangan kreativitas anak
terhadap pembelajaran di sekolah dasar adalah terletak pada perlunya
pengembangan KBM sehingga mampu mengembangkan potensi kreativitas anak. Ketika
siswa masih berada pada level yang bawah, seharusnya mulai mengkondisikan
dirinya untuk meningkatkan kemampuan kreatifnya tanpa harus menunda-nundanya.
Oleh karenanya guru dituntut bertanggung jawab untuk menjadi fasilitator dan
pembimbing dalam mengajar dan memanaj kelas. Donald J. Treffinger (Semiawan,
1999: 105) mengemukakan sejumlah pengalaman belajar yang dapat dikembangkan
oleh guru, agar memiliki kekuatan untuk mengembangkan kreativitas anak.
Pertama, menciptakan tugas yang dikehendaki anak-anak,
sehingga memungkinkan anak-anak mampu menunjukkan keterlibatan personal yang
tinggi.Apabila mereka merasa terlibat dalam penciptaan tugas itu, kiranya
mereka dapat menyelesaikannya dengan penuh antusiasme. Kedua, kegiatan
pembelajaran hendaknya dilandasi oleh rasa ingin tahu siswa (curiosity), oleh
karenanya dalam mengembangkan segala pengalaman belajar hendaknya didasarkan
pada minat dan kepedulian anak, lebih konkritnya hendaknya lebih dilandasi
dengan motif intinsik anak. Ketiga, penciptaan proses pembelajaran hendaknya
memungkinkan anak-anak dapat mengembangkan sensitivitasnya terhadap berbagai
masalah dan tatangan. Dalam kondisi demikian, kemampuan melakukan diagnosis
perlu dikembangkan.
Keempat, kegiatan pembelajaran yang perlu ditegakkan
adalah pengalaman belajar yang memberikan kelonggaran bagi anak untuk melakukan
elaborasi dalam berpikir dan pengembangan kemampuan berpikir divergen, sehingga
anak-anak tidak terbiasa dihadapkan pada satu jawaban benar setiap menjumpai
persoalan, melainkan mereka akan terkondisikan dalam kehidupan yang selalu
mempertimbangkan berbagai ide yang berbeda dan kemungkinan alternatif jawaban
terhadap setiap persoalan. Selanjutnya mereka dapat merumuskannya secara
menarik dan menyenangkan, sehingga alternatif solusi itu tidak hanya
menyenangkan dirinya saja, melainkan juga bermanfaat bagi orang lain. Kedelapan,
selama proses pembelajaran, anak-anak perlu sekali dihadapkan kepada persoalan
riil dalam kehidupan sehari-hari. Adapun hasil pemecahan masalah tersebut dapat
di-sharing-kan kepda orang lain, terutama prosuk-produk kreatif.
Kelima, selama proses pembelajaran hendaknya
dihindari perilaku judgmental dari guru, sebaliknya perlu dikembangkan sikap
apresiatif. Evaluasi terhadap anak hendaknya dikembangkan standar yang
didasarkan pada tugas dan tujuan serta kemampua anak, sehingga evaluasi lebih
bersifat sangat personal. Dengan kata lain untuk kegiatan evaluasi perlu
dihindari adanya standar eksternal yang sepenuhnya ditentukan oleh
subyektivitas guru. Keenam, pengalaman belajar yang diberikan kepada anak
hendaknya memungkinkan anak bebas melakukan eksperimen, jika perlu anak dapat
melakukan kegiatan eksperimen berkali sesuai dengan kebutuhan.Adalah sangat
terpuji, sekiranya selalu diusahakan dapat memberikan kelonggaran kepada para
siswa untuk menemukan kesalahan, dan mereka dapat belajar dari kesalahan,
sehingga mereka dapat menemukan solusinya sendiri. Ketujuh, kegiatan
pembelajaran yang positif diharapkan dapat memberikan kesempatan yang banyak
bagi para siswa untuk menentukan pilihannya sendiri. Selanjutnya mereka dapat merumuskannya secara menarik dan
menyenangkan, sehingga alternatif solusi itu tidak hanya menyenangkan dirinya
saja, melainkan juga bermanfaat bagi orang lain. Kedelapan, selama proses
pembelajaran, anak-anak perlu sekali dihadapkan kepada persoalan riil dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun hasil pemecahan masalah tersebut dapat
di-sharing-kan kepda orang lain, terutama prosuk-produk kreatif.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak
biasa (unusual) dan menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai
persoalan.
Menjabarkan dari perkembangan kreativitas anak
terhadap pembelajaran di sekolah dasar adalah terletak pada perlunya
pengembangan KBM sehingga mampu mengembangkan potensi kreativitas anak. Ketika
siswa masih berada pada level yang bawah, seharusnya mulai mengkondisikan
dirinya untuk meningkatkan kemampuan kreatifnya tanpa harus menunda-nundanya.
Oleh karenanya guru dituntut bertanggung jawab untuk menjadi fasilitator dan
pembimbing dalam mengajar dan memanaj kelas. Donald J. Treffinger (Semiawan,
1999: 105) mengemukakan sejumlah pengalaman belajar yang dapat dikembangkan
oleh guru, agar memiliki kekuatan untuk mengembangkan kreativitas anak.
B.
Saran
Dalam
pembuatan makalah ini, kami berusaha semaksimal mungkin agar makalah yang kami
buat ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Tapi kami menyadari
makalah ini jauh dari kesempurnaan, banyak kekurangan-kekurangan dalam isi
makalah ini. Oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca semua sangat kami harapkan untuk
evaluasi demitercapainya makalah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Conny R Semiawan, 1998,
Perkembangan dan Belajar Peserta Didik
Desmita.
2009. Psikologi perkembangan peserta
didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Fatimah,
E. 2010. Pikologi Perkembangan
(perkembangan peserta didik). Bandung: CV Pustaka Setia.
Papalia,
Dian.,dkk. 200. Human Development
(Psikologi Perkembangan) Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana.
LPTK
(Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan)
dan ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia). 2003. Jurnal Ilmu
Pendidikan Jilid 10 nomor 3. Madiun:
IKIP: PGRI
Holil,
A. 2008. Teori Perkembangan Kognitif
Piaget.
0 komentar:
Posting Komentar