Welcome to my blog, hope you enjoy reading :)
RSS

Kamis, 13 Oktober 2016

Konsep dan Dinamika Perkembangan Kognitif



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Penulisan
Perkembangan kreativitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu karena kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berfikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah dengan perkembangannya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak menguasai kemampuan umumyang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan            lingkungan      sehari-hari.
Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ketahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tapi pasti, melalui suatu tahap ke tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir
Dengan kematian. Dari beberapa pengertian dapat di pahami bahwa kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan presepsi,pikiran,ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan atau memperhatikan, mengamati,membayangkan,memperkirakan, menilai, dan memikirkan lingkungannya.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana konsep dan dinamika perkembangan kognitif ?
2.      Bagaimana karakterisitik perkembangan kognitif anak SD ?
3.      Bagaimana implikasi praktis dalam melakukan stimulasi perkembangan kognitif pada anak SD?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui tentang konsep dan dinamika perkembangan kognitif
2.      Untuk mengetahui tentang karakterisitik perkembangan kognitif anak Sekolah dasar
3.      Untuk mengetahui tentang implikasi praktis dalam melakukan stimulasi perkembangan kognitif pada anak Sekolah dasar

D.    Manfaat Penulisan
1.      Untuk menambah wawasan mengenai konsep dan dinamika perkembangan kognitif
2.      Untuk menambah wawasan mengenai karakterisitik perkembangan kognitif anak SD
3.      Untuk menambah wawasan mengenai implikasi praktis dalam melakukan stimulasi perkembangan kognitif pada anak SD
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep dan dinamika perkembangan  kognitif
            Perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak – kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.
Menurut Piaget, dinamika perkembangan kognitif individu mengikuti dua proses, yaitu proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada dalam pikirannya. Struktur kognitif yang dimaksud adalah segala pengalaman individu yang membentuk pola-pola kognitif tertentu. Jadi struktur kognitif seungguhnya merupakan kumpulan dari pengalaman dalam kognisi individu.
Sedangkan menurut Piaget, proses asimilasi dan akomodasi terus berlangsung pada diri seseorang. Dalam perkembangan kognitif, diperlukan keseimbangan antara kedua proses ini. Keseimbangan itu disebut ekuilibrium yakni pengaturan diri secara mekanis yang perlu untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
Pentingnya asimilasi dan akomodasi pada diri individu adalah agar individu mampu beradaptasi dengan lingkungan dimana ia berada. Dalam beradaptasi dengan lingkungan, ada kalanya individu cukup mengitegrasikan realitas luar dengan struktur kognitifnya yang sudah ada, tetapi ada kalanya ia mesti mengubah struktur kognitif yang sudah ada atau bahkan membuat struktur kognitif baru.


1.      Menelusuri konsep kognitif dalam beberapa teori psikologi
konsep Kognitif menurut Piaget yaitu :
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu Sensorik motorik, pra operasional, operasional konkret dan operasional formal
Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu dalam perkembangan teori belajar kognitif yaitu asimilasi dan akomodasi.
Individu mengorganisasikan makna informasi itu ke dalam ingatan jangka panjang (long-term memory). Ingatan jangka panjang yang terorganisasikan inilah yang diartikan sebagai struktur kognitif. Tahapan perkembangan belajar menurut Piaget di gambarkan pada diagram di bawah ini:
a.         Sensorik motorik (0-2 tahun) perilaku terikat pada panca indera dan gerak motorik. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati
b.        pra operasional (2-7 tahun) tampak kemampuan berbahasa, berkembang pesat penguasaan konsep. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati
c.         operasional konkret (7-11 tahun) berkembang daya mampu anak berpikir logis untuk memecahkan masalah konkrit. Konsep dasar benda, jumlah waktu, ruang, kausalitas
d.        operasional formal (11-15 tahun) kecakapan kognitif mencapai puncak perkembangan.

Anak mampu memprediksi, berpikir tentang situasi hipotesis, tentang hakekat berpikir serta mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog. Sarkasme, bahasa gaul, mendebat, berdalih adalah sisi bahasa remaja cerminan kecakapan berpikir abstrak dalam/melalui bahasa Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.
Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah:
a.         Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b.        Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c.         Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d.        Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangan
e.         Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
2.      Mengumpulkan dinamika perkembangan kognitif anak SD
Menurut Piaget, dinamika perkembangan intelektual individu mengikuti dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada di dalam pikirannya. Struktur kognitif yang dimaksud adalah segala pengetahuan individu yang membentuk pola-pola kognitif tertentu.
Jadi struktur kognitif sesungguhnya merupakan kumpulan dari pengalaman dalam kognisi individu.  Ada dua fungsi guru SD sekaitan proses asimilasi, yakni meletakkan dasar struktur kognitif yang tepat tentang sesuatu konsep pada kognisi anak dan memperkaya struktur kognitif menjadi semakin lengkap dan mendalam. Peletakkan struktur kognitif yang tepat tentang sesuatu konsep pada kognisi anak dianggap penting sebab pendidikan di  SD sangat fundamental bagi pemerkayaan dan pendalaman. Sementara itu pemerkayaan dan pendalaman struktur kognitif anak diarahkan kepada perluasan wawasan kognitif mereka. 
Ada kalanya individu tidak dapat mengasimilasikan rangsangan atau pengalaman baru yang dihadapinya dengan struktur kognitif yang ia miliki. Ketidakmampuan ini terjadi karena rangsangan atau pengalaman baru itu sama sekali tidak cocok dengan struktur  kognitif yang telah ada. Dalam keadaan seperti ini, individu akan melakukan akomodasi. Ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan individu dalam situasi ini, yakni
a.       membentuk struktur kognitif baru yang cocok dengan rangsangan atau pengalaman baru
b.      memodifikasi struktur kognitif yang ada sehingga cocok dengan rangsangan atau pengalaman baru.
B.     Karakteristik perkembangan kognitif anak SD
Ada  beberapa  karakteristik  anak  di  usia  Sekolah  Dasar  yang  perlu  diketahui  para  guru,  agar  lebih  mengetahui  keadaan  peserta  didik  khususnya  ditingkat  Sekolah Dasar.  Sebagai  guru  harus  dapat  menerapkan  metode  pengajaran  yang  sesuai  dengan keadaan  siswanya  maka  sangatlah  penting  bagi  seorang pendidik mengetahui karakteristik  siswanya.  Selain  karakteristik  yang  perlu  diperhatikan  kebutuhan  peserta didik. 
Hal  tersebut  mencakup  perubahan  –  perubahan  dalam  perkembangan  pola pikir. Tahap  perkembangan  kognitif  individu  menurut  Piaget  melalui  empat stadium:  
a.       Sensorimotorik  (0-2  tahun),  bayi lahir  dengan  sejumlah  refleks  bawaan medorong mengeksplorasi dunianya. 
b.      Praoperasional(2-7  tahun),  anak  belajar menggunakan  dan  merepresentasikan objek  dengan  gambaran  dan  kata-kata.  Tahap  pemikirannya yang lebih simbolis tetapi tidak melibatkan pemikiran operasiaonal  dan  lebih  bersifat  egosentris dan intuitif ketimbang logis 
c.       Operational  Kongkrit  (7-11),  penggunaan  logika yang  memadai.  Tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit
d.      Operasional  Formal  (12-15  tahun).   kemampuan  untuk  berpikir  secara abstrak,menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia
1.      Menguraikan karakteristik kognitif periode pra operasional pada anak usia SD
Sebagian anak SD mungkin masih berada pada tahap pra operasional dengan proses berfikir intuitif sebab masih banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya ke SD pada usia 5, 6 atau 7 tahun. Bahkan mungkin saja masih ada anak SD dengan pemikiran transduktif seperti pada masa pra konseptual. Misalnya, suatu saat anak melihat tamu yang datang kerumahnya dan ia memberi oleh-oleh kepada anak tersebut. Bagi anak yang masih berfikir transduktif, ia akan menyimpulkan bahwa tamu adalah orang yang suka membawa oleh-oleh. Meski pada umumnya berfikir transduktif seperti itu sudah hampir tidak terjadi pada setiap anak SD, berfikir intuiktif adalah hal yang sangat mungkin terjadi terutama pada kelas-kelas awal.
Pada anak SD, hal ini ditandai oleh dominasi pengamatan yang bersifat egosentris, yakni berfikir yang belum memahami cara orang lain memandang objek yang sama, sehingga seperti searah (selancar). Perilaku yang tampak antara lain :
a.       self-centered dalam memandang dunianya
b.      Dapat mengklasifikasi objek-objek atas dasar satu ciri yang sama, mungkin pula memiliki perbedaan dalam hal yang lainnya.
c.       Dapat melakukan koleksi benda-benda berdasarkan satu ciri atau kriteria tertentu
d.      Dapat menyusun benda-benda, tetapi belum dapat menarik inferensi dari dua benda yang tidak bersentuhan meskipun terdapat dalam susunan yang sama.
2.      Menguraikan karakteristik kognitif periode operasional konkret pada anak usia SD
Umumnya anak usia SD berada pada periode operasional konkret. Periode ini dicirikan pemikiran yang refelsibel, mulai mengkonserpasi pemikiran tertentu, adaptasi gambaran yang menyeluruh, melihat suatu objek dari berbagai suatu pandang, mampu melakukan seriasi, dan berfikir kausalitas.
a.       Operasi berfikir revesibel anak usia SD
Pada anak usia SD sudah mulai berkembang kemampuan berfikir logis, yakni berfikir yang menggunakan operasi-operasi logis tertentu. Operasi yang mereka gunakan bersifat refeslibel artinya dapat dipahami dalam dua arah. Cara berfikir ini sangat tampak dalam logika matematika sepertipada penjumlahan, pengurangan, dan persamaan. Misalnya, bila A+B=C maka A=C-B atau B=C-A. Anak usia sd (7-12 tahun) sudah mampu memahami logika matematika seperti ini dan logika ini selalu menganut unsur kekekalan (konservasi). Oleh sebab itu, menurut piaget ciri utama periode operasional konkret adalah transportasi revesibel dan sistem kekekalan.
Dengan berfikir revesibel, anak mampu berfikir logis yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah yang di hadapinya. Tetapi pemikiran logis itu masih terlihat apa-apa yang kelihatannya nyata. Artinya, dalam mengoprasikan logika berfikirnya masih perlu dibantu oleh benda benda nyata atau dibawa keprilaku nyata. Misalnya, jika guru SD kelas I ingin mengajarkan penjumlahan 2+4=6, maka guru sebaiknya menunjukan suatu benda (seperti potongan lidi) dua dan empat buah lalu digabungkan dan dihitung satu persatu. Yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran penjumlahan seperti ini adalah jangan sampai menjumlahkan dua hal yang berbeda. Misalnya, 2+4=6 tetpi guru memperlihatkan dua potong sapu lidi dan empat pensil. Meski pembelajaran penjumlahan ini menggunakan benda konkret, pembelajaran ini keliru sebab potongn lidi dan pensil merupakan dua hal berbeda. Kedua benda tersebut tidak dapat di jumlahkan.
b.      Sistem kekekalan (konservasi) pemikiran pada anak usia SD
Hasil penelitian piaget menunjukan bahwa ada 6 perkembangan kekekalan pada anak periode operasional konkret. Pertama, kekekalan bilangan yang muncul pada usia 5-6 tahun. Kedua, kekekalan subtensi yang muncul pada usia sekitar 7-8 tahun. Ketiga, kekekalan panjang yang berkembang sekitar usia 7-8 tahun. Keempat, kekekalan luas yang umumnya berkembang bersamaan dengan berkembangnya kekekalan panjang. Kelima, kekekalan berat yang umumnya berkembang pada usia 9-10 tahun. Keenam, kekekalan volume yang umumnya berkembang pada usia 11/12 tahun. Ciri perkembangan kognitif lainnya pada anak usia SD adalah kemampuan :
1.      Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh
2.      Memandang sesuatu dari berbagai macam segi
3.      Seriasi
4.      Klasifikasi
5.      Kausalitas
C.     Implikasi praktis dalam melakukan stimulus
1.      Memperkirakan implikasi praktis dalam melakukan stimulus
Implikasi praktis dalam melakukan stimuasi perkembangan kognitif pada anak SD. Implikasi dari teori piaget adalah bahwa dalam proses pembelajaran pendidik harus memperhatikan tahapan perkembangan kognitif peserta didik. Materi dirancang sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif itu dan harus merangsang kemampuan berfikir mereka. Tahap kemampuan berfikir sensorik mengimplikasi bahwa bagi proses belajar harus mencapai kerangka dasar kemampuan bahasa, hubungan tentang objek, kontrol skema, kerangka berfikir, pembentukan pengertian dan pengenalan hubungan sebab akibat.
Berikut ini merupakan beberapa implikasi praktis teori perkembangan kognitif untuk pembelajaran :
a.       Pembelajaran tidak harus berpusat pada guru atau tenaga kependidikan, tetapi berpusat pada peserta didik.
b.      Materi yang dipelajari harus menantang dan menarik minat belajar peserta didik.
c.       Pendidik harus terlibat bersama-sama peserta didik dalam proses pembelajaran.
d.      Sekuensi (urutan) bahan pembelajaran dan metode pembelajaran harus menjadi perhatian utama. Anak akan sulit memahami bahan pembelajaran jika sekuensi bahan pembelajaran itu loncat-loncat.
e.       Pendidik harus memperhatikan tahapan perkembangan kognitif peserta didik dalam melakukan stimulasi pembelajaran.
f.       Pada SD kelas awal pembelajaran seyogyanya dibantu benda konkret.










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Jadi intinya perkembangan kognitif anak sekolah dasar harus disesuaikan dengan kemampuan belajar dan menerima pembelajaran dari setiap pendidik. Pendidik pun harus dapat menyesuaikan sampai dimana kemampuan otak para peserta didik dapat menerima pembelajaran, jadi jangan sampai materi yang jauh di atas kemampuan mereka membuat motivasi belajar dan merusak struktur kognitif mereka.
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk dalam  proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses perkembangan kognitif tersebut. Perkembangan kognitif dapat dikaji dengan menggunakan cara yaitu dengan pendekatan tentang tahapan-tahapan perkembangan kognitif yang dijelaskan oleh Piaget. Pada teori Piaget membagi proses tersebut ke dalam berbagai tahapan. Selain itu karakteristik perkembangan kognitif peserta didik juga harus dapat dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik perkembangan peserta didik, pengajar dan orang tua dapat mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya
B.     Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan ejaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah yang masih kurang adalah diantara kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan kritik membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung: CV Pustaka Setia.

E. Papalia, Dian.,dkk. 200. Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana.

LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) & ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia). 2003. Jurnal Ilmu Pendidikan jilid 10 nomor 3. Madiun: IKIP PGRI.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Website templateswww.seodesign.usFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver