BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Penulisan
Perkembangan kreativitas
sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu karena kreativitas
sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Secara sederhana,
kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berfikir lebih
kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah dengan
perkembangannya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak menguasai kemampuan
umumyang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan fungsinya dengan wajar
dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan sehari-hari.
Perkembangan
menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari
tahap aktivitas yang sederhana ketahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu
bergerak secara berangsur-angsur tapi pasti, melalui suatu tahap ke tahap
berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan
berakhir
Dengan kematian. Dari
beberapa pengertian dapat di pahami bahwa kognitif atau pemikiran adalah
istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas
mental yang berhubungan dengan presepsi,pikiran,ingatan dan pengolahan
informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan
masalah, dan merencanakan masa depan atau memperhatikan,
mengamati,membayangkan,memperkirakan, menilai, dan memikirkan lingkungannya.
B.
Rumusan
masalah
1. Bagaimana
konsep dan dinamika perkembangan kognitif ?
2. Bagaimana
karakterisitik perkembangan kognitif anak SD ?
3.
Bagaimana implikasi praktis dalam melakukan
stimulasi perkembangan kognitif pada anak SD?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui tentang konsep dan dinamika perkembangan kognitif
2. Untuk
mengetahui tentang karakterisitik perkembangan kognitif anak Sekolah dasar
3. Untuk
mengetahui tentang implikasi praktis dalam melakukan stimulasi perkembangan
kognitif pada anak Sekolah dasar
D.
Manfaat
Penulisan
1. Untuk
menambah wawasan mengenai konsep dan dinamika perkembangan kognitif
2. Untuk
menambah wawasan mengenai karakterisitik perkembangan kognitif anak SD
3. Untuk
menambah wawasan mengenai implikasi praktis dalam melakukan stimulasi
perkembangan kognitif pada anak SD
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep dan dinamika perkembangan kognitif
Perkembangan
kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan
hubungan anak didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang
berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi terus
menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan
sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak – kanak awal dan menjadi
objektif dalam masa dewasa awal.
Menurut
Piaget, dinamika perkembangan kognitif individu mengikuti dua proses, yaitu
proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam struktur
kognitif yang sudah ada dalam pikirannya. Struktur kognitif yang dimaksud
adalah segala pengalaman individu yang membentuk pola-pola kognitif tertentu.
Jadi struktur kognitif seungguhnya merupakan kumpulan dari pengalaman dalam
kognisi individu.
Sedangkan
menurut Piaget, proses asimilasi dan akomodasi terus berlangsung pada diri
seseorang. Dalam perkembangan kognitif, diperlukan keseimbangan antara kedua
proses ini. Keseimbangan itu disebut ekuilibrium yakni pengaturan diri secara
mekanis yang perlu untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
Pentingnya
asimilasi dan akomodasi pada diri individu adalah agar individu mampu
beradaptasi dengan lingkungan dimana ia berada. Dalam beradaptasi dengan
lingkungan, ada kalanya individu cukup mengitegrasikan realitas luar dengan
struktur kognitifnya yang sudah ada, tetapi ada kalanya ia mesti mengubah
struktur kognitif yang sudah ada atau bahkan membuat struktur kognitif baru.
1.
Menelusuri konsep kognitif dalam beberapa teori
psikologi
konsep
Kognitif menurut Piaget yaitu :
Piaget
merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran
konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan
sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori
tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan
kognitif individu meliputi empat tahap yaitu Sensorik motorik, pra operasional,
operasional konkret dan operasional formal
Pemikiran lain dari Piaget tentang
proses rekonstruksi pengetahuan individu dalam perkembangan teori belajar
kognitif yaitu asimilasi dan akomodasi.
Individu mengorganisasikan makna
informasi itu ke dalam ingatan jangka panjang (long-term memory). Ingatan jangka panjang yang terorganisasikan
inilah yang diartikan sebagai struktur kognitif. Tahapan perkembangan belajar
menurut Piaget di gambarkan pada diagram di bawah ini:
a.
Sensorik motorik (0-2 tahun) perilaku terikat pada
panca indera dan gerak motorik. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun
perkembangan kognitif telah dapat diamati
b.
pra operasional (2-7 tahun) tampak kemampuan
berbahasa, berkembang pesat penguasaan konsep. Bayi belum mampu berpikir
konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati
c.
operasional konkret (7-11 tahun) berkembang daya mampu
anak berpikir logis untuk memecahkan masalah konkrit. Konsep dasar benda,
jumlah waktu, ruang, kausalitas
d.
operasional formal (11-15 tahun) kecakapan kognitif
mencapai puncak perkembangan.
Anak
mampu memprediksi, berpikir tentang situasi hipotesis, tentang hakekat berpikir
serta mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog. Sarkasme, bahasa gaul,
mendebat, berdalih adalah sisi bahasa remaja cerminan kecakapan berpikir
abstrak dalam/melalui bahasa Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih
berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan
obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru.
Guru
hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah:
a.
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang
dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berfikir anak.
b.
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat
menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c.
Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan
baru tetapi tidak asing.
d.
Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangan
e.
Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang
untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
2.
Mengumpulkan dinamika perkembangan kognitif anak SD
Menurut
Piaget, dinamika perkembangan intelektual individu mengikuti dua proses, yaitu
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru ke dalam struktur
kognitif yang sudah ada di dalam pikirannya. Struktur kognitif yang dimaksud
adalah segala pengetahuan individu yang membentuk pola-pola kognitif tertentu.
Jadi
struktur kognitif sesungguhnya merupakan kumpulan dari pengalaman dalam kognisi
individu. Ada dua fungsi guru SD
sekaitan proses asimilasi, yakni meletakkan dasar struktur kognitif yang tepat
tentang sesuatu konsep pada kognisi anak dan memperkaya struktur kognitif
menjadi semakin lengkap dan mendalam. Peletakkan struktur kognitif yang tepat
tentang sesuatu konsep pada kognisi anak dianggap penting sebab pendidikan di SD sangat fundamental bagi pemerkayaan dan
pendalaman. Sementara itu pemerkayaan dan pendalaman struktur kognitif anak
diarahkan kepada perluasan wawasan kognitif mereka.
Ada
kalanya individu tidak dapat mengasimilasikan rangsangan atau pengalaman baru yang
dihadapinya dengan struktur kognitif yang ia miliki. Ketidakmampuan ini terjadi
karena rangsangan atau pengalaman baru itu sama sekali tidak cocok dengan
struktur kognitif yang telah ada. Dalam
keadaan seperti ini, individu akan melakukan akomodasi. Ada dua kemungkinan
yang dapat dilakukan individu dalam situasi ini, yakni
a. membentuk struktur kognitif baru yang cocok dengan rangsangan
atau pengalaman baru
b. memodifikasi struktur kognitif yang ada sehingga cocok
dengan rangsangan atau pengalaman baru.
B.
Karakteristik
perkembangan kognitif anak SD
Ada
beberapa karakteristik anak di usia Sekolah
Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih
mengetahui keadaan peserta didik khususnya
ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus
dapat menerapkan metode pengajaran yang
sesuai dengan keadaan siswanya maka
sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik
siswanya. Selain karakteristik yang perlu
diperhatikan kebutuhan peserta didik.
Hal
tersebut mencakup perubahan – perubahan
dalam perkembangan pola pikir. Tahap
perkembangan kognitif individu menurut Piaget
melalui empat stadium:
a. Sensorimotorik (0-2 tahun), bayi
lahir dengan sejumlah refleks bawaan medorong mengeksplorasi dunianya.
b. Praoperasional(2-7
tahun), anak belajar menggunakan dan
merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Tahap
pemikirannya yang lebih simbolis tetapi tidak melibatkan pemikiran operasiaonal
dan lebih bersifat
egosentris dan intuitif ketimbang logis
c. Operational Kongkrit (7-11),
penggunaan logika yang memadai. Tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit
d. Operasional Formal (12-15
tahun). kemampuan untuk berpikir secara abstrak,menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia
1. Menguraikan karakteristik kognitif periode pra operasional
pada anak usia SD
Sebagian
anak SD mungkin masih berada pada tahap pra operasional dengan proses berfikir
intuitif sebab masih banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya ke SD pada
usia 5, 6 atau 7 tahun. Bahkan mungkin saja masih ada anak SD dengan pemikiran
transduktif seperti pada masa pra konseptual. Misalnya, suatu saat anak melihat
tamu yang datang kerumahnya dan ia memberi oleh-oleh kepada anak tersebut. Bagi
anak yang masih berfikir transduktif, ia akan menyimpulkan bahwa tamu adalah
orang yang suka membawa oleh-oleh. Meski pada umumnya berfikir transduktif
seperti itu sudah hampir tidak terjadi pada setiap anak SD, berfikir intuiktif
adalah hal yang sangat mungkin terjadi terutama pada kelas-kelas awal.
Pada
anak SD, hal ini ditandai oleh dominasi pengamatan yang bersifat egosentris,
yakni berfikir yang belum memahami cara orang lain memandang objek yang sama,
sehingga seperti searah (selancar). Perilaku yang tampak antara lain :
a.
self-centered
dalam memandang dunianya
b.
Dapat mengklasifikasi objek-objek atas dasar satu ciri
yang sama, mungkin pula memiliki perbedaan dalam hal yang lainnya.
c.
Dapat melakukan koleksi benda-benda berdasarkan satu
ciri atau kriteria tertentu
d.
Dapat menyusun benda-benda, tetapi belum dapat menarik
inferensi dari dua benda yang tidak bersentuhan meskipun terdapat dalam susunan
yang sama.
2. Menguraikan karakteristik kognitif periode operasional
konkret pada anak usia SD
Umumnya
anak usia SD berada pada periode operasional konkret. Periode ini dicirikan
pemikiran yang refelsibel, mulai mengkonserpasi pemikiran tertentu, adaptasi
gambaran yang menyeluruh, melihat suatu objek dari berbagai suatu pandang,
mampu melakukan seriasi, dan berfikir kausalitas.
a.
Operasi berfikir revesibel anak usia SD
Pada
anak usia SD sudah mulai berkembang kemampuan berfikir logis, yakni berfikir
yang menggunakan operasi-operasi logis tertentu. Operasi yang mereka gunakan
bersifat refeslibel artinya dapat
dipahami dalam dua arah. Cara berfikir ini sangat tampak dalam logika
matematika sepertipada penjumlahan, pengurangan, dan persamaan. Misalnya, bila
A+B=C maka A=C-B atau B=C-A. Anak usia sd (7-12 tahun) sudah mampu memahami
logika matematika seperti ini dan logika ini selalu menganut unsur kekekalan
(konservasi). Oleh sebab itu, menurut piaget ciri utama periode operasional
konkret adalah transportasi revesibel
dan sistem kekekalan.
Dengan
berfikir revesibel, anak mampu berfikir logis yang dapat digunakan dalam
memecahkan masalah yang di hadapinya. Tetapi pemikiran logis itu masih terlihat
apa-apa yang kelihatannya nyata. Artinya, dalam mengoprasikan logika
berfikirnya masih perlu dibantu oleh benda benda nyata atau dibawa keprilaku
nyata. Misalnya, jika guru SD kelas I ingin mengajarkan penjumlahan 2+4=6, maka
guru sebaiknya menunjukan suatu benda (seperti potongan lidi) dua dan empat
buah lalu digabungkan dan dihitung satu persatu. Yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran penjumlahan seperti ini adalah jangan sampai menjumlahkan dua hal
yang berbeda. Misalnya, 2+4=6 tetpi guru memperlihatkan dua potong sapu lidi
dan empat pensil. Meski pembelajaran penjumlahan ini menggunakan benda konkret,
pembelajaran ini keliru sebab potongn lidi dan pensil merupakan dua hal
berbeda. Kedua benda tersebut tidak dapat di jumlahkan.
b.
Sistem kekekalan (konservasi) pemikiran pada anak usia
SD
Hasil
penelitian piaget menunjukan bahwa ada 6 perkembangan kekekalan pada anak
periode operasional konkret. Pertama, kekekalan bilangan yang muncul pada usia
5-6 tahun. Kedua, kekekalan subtensi yang muncul pada usia sekitar 7-8 tahun.
Ketiga, kekekalan panjang yang berkembang sekitar usia 7-8 tahun. Keempat,
kekekalan luas yang umumnya berkembang bersamaan dengan berkembangnya kekekalan
panjang. Kelima, kekekalan berat yang umumnya berkembang pada usia 9-10 tahun.
Keenam, kekekalan volume yang umumnya berkembang pada usia 11/12 tahun. Ciri
perkembangan kognitif lainnya pada anak usia SD adalah kemampuan :
1.
Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh
2.
Memandang sesuatu dari berbagai macam segi
3.
Seriasi
4.
Klasifikasi
5.
Kausalitas
C. Implikasi
praktis dalam melakukan stimulus
1.
Memperkirakan implikasi praktis dalam melakukan
stimulus
Implikasi
praktis dalam melakukan stimuasi perkembangan kognitif pada anak SD. Implikasi
dari teori piaget adalah bahwa dalam proses pembelajaran pendidik harus
memperhatikan tahapan perkembangan kognitif peserta didik. Materi dirancang
sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif itu dan harus merangsang kemampuan
berfikir mereka. Tahap kemampuan berfikir sensorik mengimplikasi bahwa bagi proses
belajar harus mencapai kerangka dasar kemampuan bahasa, hubungan tentang objek,
kontrol skema, kerangka berfikir, pembentukan pengertian dan pengenalan
hubungan sebab akibat.
Berikut
ini merupakan beberapa implikasi praktis teori perkembangan kognitif untuk
pembelajaran :
a.
Pembelajaran tidak harus berpusat pada guru atau
tenaga kependidikan, tetapi berpusat pada peserta didik.
b.
Materi yang dipelajari harus menantang dan menarik minat
belajar peserta didik.
c.
Pendidik harus terlibat bersama-sama peserta didik
dalam proses pembelajaran.
d.
Sekuensi (urutan) bahan pembelajaran dan metode
pembelajaran harus menjadi perhatian utama. Anak akan sulit memahami bahan
pembelajaran jika sekuensi bahan pembelajaran itu loncat-loncat.
e.
Pendidik harus memperhatikan tahapan perkembangan
kognitif peserta didik dalam melakukan stimulasi pembelajaran.
f.
Pada SD kelas awal pembelajaran seyogyanya dibantu
benda konkret.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi intinya perkembangan kognitif anak sekolah dasar
harus disesuaikan dengan kemampuan belajar dan menerima pembelajaran dari
setiap pendidik. Pendidik pun harus dapat menyesuaikan sampai dimana kemampuan
otak para peserta didik dapat menerima pembelajaran, jadi jangan sampai materi
yang jauh di atas kemampuan mereka membuat motivasi belajar dan merusak
struktur kognitif mereka.
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan
suatu pembahasan yang cukup penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan
kognitif pada anak merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta
kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk dalam
proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari
dan memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus
mengetahui proses perkembangan kognitif tersebut. Perkembangan kognitif dapat
dikaji dengan menggunakan cara yaitu dengan pendekatan tentang tahapan-tahapan
perkembangan kognitif yang dijelaskan oleh Piaget. Pada teori Piaget membagi
proses tersebut ke dalam berbagai tahapan. Selain itu karakteristik
perkembangan kognitif peserta didik juga harus dapat dipahami semua pihak.
Dengan pemahaman pada karakteristik perkembangan peserta didik, pengajar dan
orang tua dapat mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya
B.
Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan
ejaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah yang masih
kurang adalah diantara kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan
kritik membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan makalah ini
DAFTAR
PUSTAKA
Desmita. (2009). Psikologi
Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Fatimah, E. 2010. Psikologi
Perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung: CV Pustaka Setia.
E. Papalia,
Dian.,dkk. 200. Human Development
(Psikologi Perkembangan) Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana.
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan) & ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia). 2003. Jurnal Ilmu Pendidikan jilid 10 nomor 3.
Madiun: IKIP PGRI.
0 komentar:
Posting Komentar