Meningkatkan Kemampuan Menyimak
Disusun untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas Tinggi
Dosen Pengampu: Iis Aprinawati, M.Pd.
onsep
Dasar IPS

Oleh
Kelompok 2 :
Fitra Alfi Hasanah 1586206011
Nor Diana Natasya 1586206020
Nursyamsiah 1586206024
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PAHLAWAN
TUANKU TAMBUSAI RIAU
2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang bertemakan “Meningkatkan Kemampuan Menyimak”. Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas yang diberikan dalam Mata Kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi
di STKIP Tuanku Tambusai.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Bangkinang, September 2016
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
D. Manfaat
Penulisan ........................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Proses dan Tujuan Menyimak.......................................................... 3
B.
Kemampuan Menyimak
Siswa Usia di Sekolah Dasar.................... 5
C.
Jenis-jenis
Menyimak....................................................................... 7
D.
Strategi
Mengembangkan Kemampuan Menyimak......................... 10
E.
Evaluasi Kemampuan
Menyimak..................................................... 10
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ..................................................................................... 13
B.
Saran ............................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pengajaran bahasa Indonesia
bertujuan memberikan pengetahuan kebahasaan agar murid mampu menguasai bahasa
Indonesia sebaik-baiknya. Untuk mencapai tujuan ini maka, pada dasarnya ada empat
keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh murid secara baik dan benar
sebagaimana tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu
keterampilan menyimak (listening skill) keterampilan berbicara (speaking
skill), keterampilan membaca (reading skill), dan keterampilan
menulis (writing skill).
Pada umumnya pengetahuan
diperoleh melalui keterampilan menyimak. Setiap orang mendengar berita-berita
melalui media massa maupun informasi melalui tatap muka, saat itu telah
berlangsung pula kegiatan menyimak. Oleh karena itu, pengajaran menyimak
mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran di sekolah
dasar sebab kemampuan menyimak yang baik adalah kondisi awal untuk menghasilkan
prestasi belajar yang baik.
Berbagai pengalaman dalam
melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia mengindikasikan bahwa kemampuan
menyimak murid sekolah dasar belum optimal. Hal ini dapat diketahui dari hasil
penelitian Muhaimin (2006) yang dicapai murid dalam proses-belajar mengajar di
mana murid yang terlibat dalam kegiatan, yang mampu menyimak secara baik dan
benar mempunyai persentase yang masih rendah. Indikasi ini menandakan masih
rendahnya kemampuan menyimak murid tersebut terlihat pula hasil yang diperoleh
dalam ulangan semester misalnya. Daya serap murid pada semua mata pelajaran
dari seluruh murid dalam suatu kelas masih banyak nilai di bawah nilai standar
7,5. Ini berarti penguasaan murid terhadap mata pelajaran juga masih rendah.
Setelah ditelusuri lebih jauh,
hal tersebut di atas ternyata (salah satu) disebabkan oleh kurangnya kemampuan
murid menyimak materi pelajaran. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada
kesenjangan antara hasil pengajaran menyimak dengan target ideal, yaitu
tercapainya kemampuan optimal murid dalam menyimak.
B.
Rumusan Masalah
1.
Jelaskan proses dan tujuan
menyimak!
2.
Jelaskan bagaimana kemampuan
menyimak siswa usia di sekolah dasar!
3.
Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis
menyimak!
4.
Bagaimana strategi mengembangkan
kemampuan menyimak?
5.
Bagaimana evaluasi kemampuan
menyimak?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui proses dan
tujuan menyimak.
2.
Untuk mengetahui kemampuan
menyimak siswa usia di sekolah dasar.
3.
Untuk mengetahui jenis-jenis
menyimak.
4.
Untuk mengetahui strategi
mengembangkan kemampuan menyimak.
5.
Untuk mengetahui evaluasi
kemampuan menyimak.
D.
Manfaat Penulisan
1.
Untuk menambah wawasan mengenai proses
dan tujuan menyimak.
2.
Untuk menambah wawasan mengenai kemampuan
menyimak siswa usia di sekolah dasar.
3.
Untuk menambah wawasan mengenai jenis-jenis
menyimak.
4.
Untuk menambah wawasan mengenai strategi
mengembangkan kemampuan menyimak.
5.
Untuk menambah wawasan mengenai evaluasi
kemampuan menyimak.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Proses dan Tujuan Menyimak
Proses menyimak :
1.
Tahap mendengar (hearing).
2.
Tahap memahami (understanding).
3. Tahap
menginterpretasi (interpreting).
4. Tahap
mengevaluasi (evaluating).
5. Tahap
menanggapi (responding).
Dalam menyimak kegiatan
mental lebih aktif daripada mendengar. Dalam menyimak, terdapat proses mental
mulai dari proses mengidentifikasikan bunyi, proses menyusun pemahaman dan
penafsiran, proses penggunaan hasil pemahaman sampai penafsiran.
Proses mengidentifikasian bunyi
merupakan suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa
banyak memerhatikan makna bunyi tersebut. Dalam proses ini barulah pada
fase-fase mendengar.
Proses penyusunan pemahaman dan
penafsiran menunjuk kepada cara pendengar menyusun suatu penafsiran sebuah
kalimat dari si pembicara, mulai dari identifikasi bentuk-bentuk bunyi sampai
kepada pembentukan sebuah penafsiran yang sama dengan yang dimaksudkan oleh si
pembicara tadi.
Proses penggunaan menunjuk kepada
upaya pendengar untuk menggunakan hasil penafsiran untuk tujuan selanjutnya,
misalnya, mengakomodasi informasi, menjawab pertanyaan, menurut perintah,
menanamkan harapan.
Selain proses tersebut di atas,
Sutari (1998: 20) mengemukakan bahwa:
Pada dasarnya menyimak itu
merupakan suatu proses kejiwaan mulai dari proses pengenalan bunyi yang
didengarnya dengan penuh perhatian melalui alat pendengar. Kemudian, menyusun
penafsiran yang penuh dengan pergaulan aktif antara terka, perkiraan,
idealisasi, dibarengi dengan interprestasi dan apresiasi untuk menangkap
informasi, ide, dan pesan. Selanjutnya, diteruskan dengan proses penyimpanan
dan menghubungkan hasil penafsiran untuk memperoleh pemahaman komunikasi yang
diantarkan lewat bahasa lisan.
Tujuan menyimak menurut H.G
Tarigan yaitu :
1. Menyimak untuk belajar dimana orang tersebut
bertujan agar ia dapat memeperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang
pembicara.
2. Menyimak untuk menikmati dimana orang yang menyimak
dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan
atau diperdengarkan atau dipagelarkan (teruatama sekali dalam bidang seni).
3. Menyimak untuk mengevaluasi dimana orang menyimak
dengan maksud agar ia dapat menilai apa-apa yang dia simak (baik-buruk,
indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tidak logis, dan lain-lain).
4. Menyimak untuk mengapresiasi dimana orang yang
menyimak dapat menikmati seta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya:
pembacaan berita, puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan
pendebatan).
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide dimana
orang yang menyimak bermaksud agar ia dapat menkomunikasikan ide-ide,
gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar
dan tepat.
6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi dimana orang
yang menyimak bermaksud agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang
membedaskan arti (distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya
ini terlihat pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asik
mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
7. Menyimak untuk memecahkan masalah dimana orang yang
menyimak bermaksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang
pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
8. Menyimak untuk meyakinkan dimana orang yang
menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang
selama ini dia ragukan.
Tujuan menyimak menurut Bunga Ayesha dalam modul hakikat menyimak
1.
Mendapatkan fakta.
2.
Mengevaluasi fakta.
3.
Menganalisis fakta.
4.
Mendapatkan inspirasi.
5.
Menghibur diri.
6.
Meningkatkan kemampuan berbicara.
B.
Kemampuan Menyimak Siswa Usia di Sekolah Dasar
Bahasa indonesia diajarkan dalam sekolah dan dipergunakan
sehari-hari untuk berkomunikasi dalam proses belajar-mengajar disekolah. Bahasa
Indonesia diajarkan disekolah agar siswa dapat berbahasa dengan baik dan benar,
menyimah adalah salah satu bentuk pengajaran Bahasa Indonesia disekolah. Untuk
dapat menyimak dengan baik, maka seorang siswa harus terampil berbahasa.
Selama ini pembelajaran keterampilan menyimak yang
dilakukan para guru cenderung menganjurkan siswa untuk bekerja sendiri tanpa
ada unsur bekerja sama dengan siswa lain. Padahal, pembelajaran dengan cara
siswa bekerja sendiri tanpa ada unsur bekerja sama dengan siswa lain ini dapat
menimbulkan sifat individualistis. Siswa yang satu mengganggap siswa yang lain
adalah saingan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, diperlukan teknik
pembelajaran yang dapat meningkatkan kerja sama antar siswa dalam kegiatan
mereka dikelas. Teknik yang dapat digunakan adalah teknik cerita berpasangan.
Teknik ini lebih menekankan daya simak siswa karena hasil simakannya akan
dipertanggungjawabkan kepada pasangannya. Semakin baik daya simak siswa, materi
yang disampaikan guru akan semakin mudah dimengerti.
Pada tahun 1949 Tulare
Country Schools selesai menyusun sebuah buku petunjuk mengenai keterampilan
berbahasa yang berjudul “Tulare Country
Cooperativr Languange Arts Guide”. Khusus mengenai keterampilan menyimak, dalam
buku petunjuk itu terdapat uraian sebagai berikut:
Taman Kanak (4½-6 tahun)
1.
Menyimak pada teman-teman sebaya
dalam kelompok bermain.
2.
Mengembangkan waktu perhatian
yang amat panjang terhadap cerita atau dongeng.
3.
Dapat mengingat petunjuk-petunjuk
dan pesan-pesan yang sederhana.
Kelas Satu (5½-7 tahun):
1.
Menyimak untuk menjelaskan atau
menjernihkan pikiran atau untuk mendapatkan jawaban-jawaban bagi
pertanyaan-pertanyaan.
2.
Dapat mengulangi secara tepat sesuatu
yang telah di dengarnya.
3.
Menyimak bunyi-bunyi tertentu
pada kata-kata dan lingkungan.
Kelas Dua (6½-8 tahun)
1.
Menyimak dengan kemampuan memilih
yang meningkat;
2.
Membuat saran-saran,usul-usul,
dan mengemukakan pertanyaan-pertanyan untuk mengecek pengertiannya;
3.
Sadar akan situasi, kapan
sebaiknya menyimak, kapan pula sebaiknya tidak usah menyimak.
Kelas Tiga dan empat (7½-10 tahun):
1.
Sungguh-sungguh sadar akan nilai
menyimak sebagai suatu sumber informasi dan sumber kesenangan;
2.
Menyimak pada laporan orang lain,
pita rekaman laporan mereka sendiri,dan siaran-siaran dengan maksud tertentu
serta dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang yang bersangkutan dengan hal
itu;
3.
Memperlihatkan keangkuhan dengan
kata-kata atau ekspresi-ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.
Kelas Lima dan Enam (9½-12 tahun):
1.
Menyimak secara kritis terhadap
kekeliruan-kekeliruan,kesalahan kesalahan, propaganda-propaganda dan
petunjuk-petunjuk yang kekeliru;
2.
Menyimak dengan aneka ragam
cerita-cerita, puisi, rima kata-kata, dan memperoleh kesenangan dalam memenuhi
tipe-tipe baru(Anderson,1972:22-3).
Walaupun penelitian yang telah dilakukan para pakar di amerika serikat
tidak seluruhnya sesuai dengan kehidupan siswa sekolah dasar di negeri
kita,tapi siswa dijadikan pedoman dan bahan perpandingan untuk kelancaran
proses belajar mengajar.
Hal-hal yang erat berkaitan dengan keterampilan berbahasa dan khusus
mengenai kemampuan menyimak dapat dicatat beberapa hal, yaitu:
1.
Anak-anak akan mampu menyimak
dengan baik bila suatu cerita dibaca dengan nyaring.
2.
Anak-anak akan senang dan mampu
menyimak dengan baik bila seorang pembicara menceritakan suatu pengalaman
sejati.
3.
Anak-anak dapat menyimak
bunyi-bunyi dan nada nada yang berbeda,terlebih jika intonasi ujaran sang
pembicara sangat jelas dan baik.
4.
Anak-anak dapat menyimak serta
menuruti petunjuk-petunjuk lisan yang disampaikan dengan jelas.
5.
Anak-anak mampu menyimak
persamaan-persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam ujaran.
6.
Anak-anak mampu dan senang
menyimak ritme dan rima dalam membaca puisi atau drama.
7.
Anak-anak mampu menyimak dan menangkap
ide-ide yang terdapat dalam pembicaraan (Anderson,1972:20).
C.
Jenis-jenis Menyimak
Adapun jenis-jenis menyimak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (Sutari,
1998: 47) adalah sebagai berikut:
a. Menyimak ekstensif (extensive listening).
b. Menyimak intensif (intensive listening).
c. Menyimak sosial (social listening).
d. Menyimak sekunder (secondary listening).
e. Menyimak estetik (aesthetic listening).
f. Menyimak kritis (critical listening).
g. Menyimak konsentratif (consentrative listening).
h. Menyimak kreatif (consentrative
creative)
i. Menyimak introgatif (introgative litening).
j. Menyimak penyelidikan (exploratory listening).
k. Menyimak pasif (passive listening).
l. Menyimak selektif (selective listening).
Untuk lebih jelasnya mengenai jenis-jenis menyimak sebagai dikemukakan di
atas, dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Menyimak ekstensif (extensive
listening)
Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan
hal-hal lebih umum dan lebih bebas terhadap sesuatu bahasa, tidak perlu di
bawah bimbingan langsung seorang guru.
Penggunaan yang paling mendasar ialah untuk menyajikan kembali bahan yang
telah diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru. Sealain itu,
dapat pula murid dibiarkan mendengar butir-butir kosakata dan struktur-struktur
yang baru bagi murid yang terdapat dalam arus bahasa yang ada dalam
kapasitasnya untuk menanganinya.
Pada umumnya, sumber yang paling baik untuk menyimak ekstensif adalah
rekaman yang dibuat guru sendiri, misalnya rekaman yang bersumber dari siaran
radio, televisi, dan sebagainya.
b. Menyimak intensif (intensive
listening)
Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih
diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan
suatu pembagian penting yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian
dari program pengajaran bahasa atau pada pemahaman serta pengertian umum. Jelas
bahwa dalam kasus yang kedua ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh
para murid.
c. Menyimak sosial (social
listening)
Menyimak sosial atau menyimak konversasional (conversational listening)
ataupun menyimak sopan (courtens listening) biasanya berlangsung dalam
situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol mengenai hal-hal yang mrenarik
perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat
respons-repons yang pantas, mengikuti detail-detail yang menarik, dan
memerhatikan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan
oleh seorang rekan.
Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling
sedikit mencakup dua hal, yaitu perkataan menyimak secara sopan santun dengan
penuh perhatian percakapan atau konversasi dalam situasi-situasi sosial dengan
suatu maksud. Dan kedua mengerti serta memahami peranan-peranan pembicara dan
menyimak dalam proses komunikasi tersebut.
d. Menyimak sekunder (secondary listening)
Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan
secara ekstensif (casual listening dan extensive listening)
misalnya, menyimak pada musik yang mengirimi tarian-tarian rakyat terdengar
secara sayup-sayup sementara kita menulis surat pada teman di rumah atau
menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di
sekolah seperti menulis, pekerjaan tangan dengan tanah liat, membuat sketsa dan
latihan menulis dengan tulisan tangan.
e. Menyimak estetik (aesthetic listening)
Menyimak estetik yang juga disebut menyimak apresiatif (apreciational
listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan dan
termasuk ke dalam menyimak ekstensif, mencakup dua hal yaitu pertama menyimak
musik, puisi, membaca bersama, atau drama yang terdengar pada radio atau
rekaman-rekaman. Kedua menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki, dan
lakon-lakon yang diceritakan oleh guru atau murid-murid.
f. Menyimak kritis (critical
listening)
Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah
terlihat kurangnya atau tiadanya keaslian ataupun kehadiran prasangka serta
ketidaktelitian yang akan diamati. Murid-murid perlu banyak belajar
mendengarkan, menyimak secara kritis untuk memperoleh kebenaran.
g. Menyimak konsentratif (consentrative
listening)
Menyimak konsentratif sering juga disebut study-type listening atau
menyimak yang merupakan jenis telaah. Kegiatan-kegiatan tercakup dalam menyimak
konsentratif antara lain: menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk serta
menyimak urutan-urutan ide, fakta-fakta penting, dan sebab akibat.
h. Menyimak kreatif (Creative
listening)
Menyimak kreatif adalah jenis menyimak yang mengakibatkan dalam pembentukan
atau rekonstruksi seorang anak secara imaginatif kesenangan-kesenangan akan
bunyi, visual atau penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang
disarankan oleh apa-apa didengarnya.
i. Menyimak introgatif (introgative
litening)
Menyimak introgatif adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih
banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan, karena si
penyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak
interogatif ini si penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada
pemerolehan informasi atau mengenai jalur khusus.
j. Menyimak penyelidikan (exploratory
listening)
Menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak intensif dengan maksud dan
yang agak lebih singkat. Dalam kegiatan menyimak seperti ini si penyimak
menyiagakan perhatiannya untuk menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian
dan informasi tambahan mengenai suatu topik atau suatu pergunjingan yang
menarik.
k. Menyimak pasif (passive
listening)
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasa
menandai upaya-upaya kita saat belajar dengan teliti, belajar tergesa-gesa,
menghapal luar kepala, berlatih serta menguasai sesuatu bahasa. Salah satu
contoh menyimak pasif adalah penduduk pribumi yang tidak bersekolah lancar
berbahasa asing. Hal ini dimungkinkan karena mereka hidup langsung di daerah
bahasa tersebut beberapa lama dan memberikan kesempatan yang cukup bagi otak
mereka menyimak bahasa itu.
l. Menyimak selektif (selective listening)
Menyimak selektif berhubungan erat dengan menyimak pasif. Betapapun
efektifnya menyimak pasif itu tetapi biasanya tidak dianggap sebagai kegiatan
yang memuaskan. Oleh karena itu menyimak sangat dibutuhkan. Namun demikian,
menyimak selektif hendaknya tidak menggantikan menyimak pasif, tetapi justru
melengkapinya. Penyimak harus memanfaatkan kedua teknik tersebut. Dengan
demikian, berarti mengimbangi isolasi kultural kita dari masyarakat bahasa
asing itu dan tendensi kita untuk menginterpretasikan.
D.
Strategi Mengembangkan Kemampuan Menyimak
Kemampuan menyimak dapat ditingkatkan dengan
mengembangkan kebiasaan secara sadar yang membedakan antara pendengar yang
efektif dan yang tidak. Strategi yang dapat dilakukan setiap individu dalam
meningkatkan kemampuan menyimak (mendengar) dapat dilakukan melalui cara-cara
sebagai berikut:
1.
Mengetahui
kelebihan pembicara dalam subjek yang merupakan sesuatu yang belum pernah
diketahui audiens.
2.
Bersikap netral
agar dapat mengurangi dampak emosional terdapat sesuatu yang disampaikan dan
dapat menahan sikap menolak sampai seluruh pesan di dengar.
3.
Mengatasi gangguan
dengan menutup pintu atau jendela dan lebih mendekati pembicara.
4.
Mendengar konsep
dan pokok pikiran, serta mengetahui perbedaan antara ide, dan contoh, bukti,
argumen.
5.
Meninjau ulang
pokok pembicaraan.
6.
Tetap berpikir
terbuka dengan mengajukan pertanyaan yang mengklarifikasikan pemahaman.
7.
Tidak menyela
pembicara.
8.
Memberikan umpan balik
(feed back).
9.
Mengevaluasi dan
mengkritisi isi pembicaraan bukan pembicaranya.
10. Membuat catatan tentang pokok pembicaraan.
E.
Evaluasi Kemampuan Menyimak
Setiap evaluasi bertujuan untuk mengukur hasil yang telah dicapai selama
proses pembelajaran. Karena itu evaluasi tidak boleh lepas dari tujuan apa yang
ingin dicapai dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Dalam pembelajaran
ketrampilan menyimak, evaluasi juga disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam proses pembelajaran dengan rincian :
1.
Pemahaman isi teks yang disimak
bisa dievaluasi dengan :
a.
Melontarkan pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan isi teks.
b.
Mengungkap kembali apa yang telah
disimak dengan bahasa lisan dan tulisan.
c.
Memperaktekkan apa yang telah
disimak.
d.
Meringkas apa yang telah disimak.
2.
Mengeluarkan ide pokok, bisa
dievaluasi dengan mengeluarkan ide pokok pada setiap alenia yang telah
disimakatau mengeluarkan ide pokok secara keseluruhan dari apa yang telah
didengarnya.
3.
Pengembangan isi bisa
dievaluasi dengan mendiskusikan topik yang ada dalam teks yang disimak.
Seorang guru ketika akan melakukan evaluasi terhadap proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan, terlebih dahulu harus memperhatikan
beberapa hal berikut :
a.
Unsur apa yang akan dievaluasi.
b.
Tujuan apa yang akan dicapai
dalam evaluasi.
c.
Model evaluasi apa yang akan
dilaksanakan.
d.
Instrumen apa yang paling tepat
untuk digunakan.
Untuk
mempermudah pelaksanaan evaluasi ketrampilan menyimak dapat
dibagi menjadi dua kelompok :
Pertama, evaluasi
keterampilan menbedakan suara.
Ada beberapa model soal untuk mengevaluasi ketrampilan membedakan suara :
a.
Membedakan bahasa Arab dengan
bahasa lain
b.
Melatih tekanan dan intonasi
c.
Melatih membedakan makna
d.
Membedakan suara pokok yang punya
pengaruh dengan gramatikal
e.
Membedakan laki-laki dengan
perempuan
f.
Melatih membedakan huruf
g.
Imla’ (guru mendektekan
teks-teks yang berkenaan dengan pembedaan bunyi)
h.
Menggunakan gambar untuk melatih
bunyi tertentu.
i.
Menggunakan bacaan.
Kedua, Evaluasi ketrampilan memahami
apa yang disimak
Evaluasi ini mempunyai beberapa bentuk yaitu:
a.
Mengevaluasi pemahaman lewat
materi yang bisa dilihat (film, VCD, dan sebagainya).
b.
Evaluasi dengan tindakan (siswa
mendengarkan satu teks untuk dipraktekkan).
c.
Evaluasi melalui pertanyaan dan
percakapan.
d.
Evaluasi kecepatan pemahaman.
e.
Imla’.
f.
Evaluasi dengan memperdengarkan
ceramah.
g.
Mengetes dengan menciptakan
suasana yang komunikatif.
Seorang
pelajar bahasa Arab yang termasuk pada tingkatan lanjutan dalam
pembelajaran ketrampilan menyimak memiliki kriteria sebagai berikut :
1.
Memahami aturan bunyi bahasa Arab
2.
Mengenal perbedaan-perbedaan
bunyi yang ada dalam bahasa Arab.
3.
Memahami aturan gramatikal dan morfologi
bahasa Arab untuk memahami isi teks bahasa Arab yang disimak
4.
Bisa mengurai bunyi yang didengar
dalam bentuk makna yang bisa dimengerti
5.
Menguasai kosakata yang cukup
untuk memahami teks yang disimak.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menyimak adalah salah satu bagian berbahasa yang sangat penting dalam
berbagai kegiatan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi menyimak sangatlah penting bagi para pelajar terutama siswa SD,
menyimak bertujuan untuk menangkap, memahami pesan, ide serta gagasan yang
terdapat pada materi atau bahasa simakan. Keterampilan menyimak sangatlah
penting, baik di luar maupun di sekolah, namun demikian di Indonesia
kelihatanya belum mendapat tempat yang menggembirakan.
Kegiatan menyimak ternyata besar sekali peranannya dalam kehidupan
sehari-hari. Mulai dalam kehidupan keluarga atau rumah tangga, di masyarakat di
pabrik, di kantor, di perusahaan, di sekolah dan sebagainya.
Tujuan menyimak yaitu agar orang yang mendengarkan
dapat memperoleh pengetahuan atau informasi mengenai hal tertentu dari berita
atau cerita yang ia dengar.
Adapun jenis-jenis menyimak :
a. Menyimak ekstensif (extensive listening).
b. Menyimak intensif (intensive listening).
c. Menyimak sosial (social listening).
d. Menyimak sekunder (secondary listening).
e. Menyimak estetik (aesthetic listening).
f. Menyimak kritis (critical listening).
g. Menyimak konsentratif (consentrative listening).
h. Menyimak kreatif (consentrative
creative)
i. Menyimak introgatif (introgative litening).
j. Menyimak penyelidikan (exploratory listening).
k. Menyimak pasif (passive listening).
l. Menyimak selektif (selective listening).
B.
Saran
Penulis menyadari jika makalah
ini jauh dari sempurna. Kesalahan ejaan, metodologi penulisan dan pemilahan
kata serta cakupan masalah yang masih kurang adalah diantara kekurangan dalam
makalah ini. Karena itu saran dan kritik membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Resmini dan Juanda. 2010. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah
Dasar Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Angkasa: Bandung.
Ahmad Febriansyah. 2012. Proses Menyimak dan Kemampuan Menyimak Sekolah.
[online]. Tersedia di: ahmad-febriansyah.blogspot.com
Yuli Setyningrum. 2013. Kemampuan Menyimak di SD. [online]. Tersedia di: yulisetyaningrum.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar