BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran
bahasa Indonesia mencakup empat aspek kemampuan berbahasa, yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Dua kemampuan pertama merupakan kemampuan berbahasa
yang tercakup dalam kemampuan orasi (oracy). Sedangkan dua kemampuan
kedua merupakan kemampuan yang tercakup dalam kemampuan literasi (literacy).
Kemampuan orasi meupakan kemampuan yang berkaitan dengan bahasa lisan,
sedangkan kemampuan literasi berkaitan dengan bahasa tulis.
Kemampuan menyimak (orasi) dan kemampuan membaca (literasi)
merupakan dua kemampuan berbahasa yang termasuk ke dalam kemampuan reseptif.
Sedangkan kemampuan berbicara (orasi) dan kemampuan menulis (literasi)
merupakan dua kemampuan yang termasuk ke dalam kemampuan berbahasa ekspresif.
Keempat kemampuan di atas harus merupakan kompetensi berbahasa yang harus
dikuasai siswa. Dengan demikian, perlu diupayakan pembelajarannya secara tepat
dengan strategi pembelajaran.
B.
Rumusan Masalah
1. Jelaskan
konsep orasi dan literasi ?
2. Jelaskan
perbandingan orasi dan literasi ?
3. Bagaimana
proses orasi dan literasi ?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui konsep orasi dan literasi
2. Untuk
mengetahui perbandingan orasi dan literasi
3. Untuk
mengetahui proses orasi dan literasi.
D.
Manfaat Penulisan
1.
Untuk menambah
wawasan mengenai konsep orasi dan literasi
2.
Untuk menambah
wawasan mengenai perbandingan orasi dan literasi
3.
Untuk menambah
wawasan mengenai proses orasi dan literasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Orasi dan Literasi.
Darma adalah seorang anak yang
hidup di kota besar, Jakarta. Ia dituntut oleh orang tuanya untuk memiliki
kemampuan berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia maupun bahasa
asing (Inggris). Mereka merasa keterampilan ini adalah kunci bagi hidup bahagia
di kota besar.
Surya tinggal di daerah pegunungan
dengan keluarganya. Tidak seorang pun dari keluarganya yang bisa baca-tulis,
karena tidak ada alasan mereka untuk hal tersebut. Tujuan utama mereka
adalah untuk bertahan pada iklim dan kondisi yang keras dan untuk saling
berhubungan dengan keluarga, teman, tetangga, dan pengunjung. Mereka sebatas
membutuhkan kemampuan mendengarkan dan berbicara.
Dua ilustrasi di atas memberikan
gambaran kepada kita bahwa literasi dipengaruhi oleh budaya di mana kita
tinggal. Berdasarkan kedua ilustrasi di atas juga dapat ditarik kesimpulan
bahwa yang membedakan satu golongan masyarakat dengan masyarakat lainnya dapat
dilihat dari pola berpikir
dan kemampuan berpikir logis mereka. Kemampuan ini sangat dibutuhkan dalam
berkomunikasi.
Di beberapa masyarakat, seni adalah
satu bentuk komunikasi yang lebih dipentingkan sebagaimana halnya menari dan
kegiatan seni lainnya. Mereka menggunakan semua pola berpikirnya untuk kegiatan
tersebut. Namun, kita harus memahami bahwa sistem komunikasi lainnya yang lebih
dominan di masyarakat, adalah bahasa (Harste, 1989 dalam Ellis, 1989).
Dengan demikian, bahasa merupakan
sarana komunikasi yang paling utama dalam kehidupan manusia, baik dalam
komunikasi lisan maupun komunikasi tulis. Hal ini pula yang mendasari bahwa
pembelajaran bahasa dengan empat aspek kemampuan mencakup menyimak, berbicara,
membaca dan menulis harus dikembangkan.
Kompetensi yang harus dikuasai oleh
siswa pembelajaran bahasa mencakup empat aspek kemampuan berbahasa, yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan berbicara merupakan
kemampuan berbahasa yang termasuk kedalam kemampuan orasi, sedangkan membaca
dan menulis termasuk kedalam kemampuan literasi. Lalu apakah orasi dan literasi
itu? Orasi adalah kemampuan berbahasa yang behubungan dengan lisan.
Sedangkan literasi merupakan kemampuan berbahasa yang berhubungan dengan
tulisan.
Kemampuan menyimak (orasi) dan
kemampuan membaca (literasi) disebut kemampuan reseptif yaitu menerima pesan
sedangkan kemampuan berbicara (orasi) dan kemampuan menulis (literasi) disebut
kemampuan ekspresif yaitu menghasilkan pesan. Kemampuan berbahasa baik itu menyimak,
berbicara, membaca, maupun menulis dilandasi oleh aspek berpikir. Teori Piaget
mengemukakan bahwa, berpikir diperoleh terlebih dahulu lalu kemudian kemampuan
berbahasa.
B.
Perbandingan Orasi dan Literasi
Bahasa lisan atau orasi mengacu
pada proses dari aspek berbicara dan mendengarkan. Bahasa tulis atau literasi,
dengan definisi yang paling umum, mengacu pada proses dari aspek membaca dan
menulis. Perbandingan antara orasi dan literasi dikemukakan beberapa ahli
sebagaimana terlihat dalam tabel berikut (Chape, 1985; Nickercon, 1981; Smith,
1984, Ellis, 1998).
Orasi
|
Literasi
|
Sifatnya hampir
universal, individual, normal.
|
Jauh dari
universal dan sering kurang dikembangkan dengan baik
|
Diperoleh tanpa
banyak pelatihan formal, sepanjang kehidupan seseorang
|
Diperoleh
melalui pembelajaran dan usaha keras, diperoleh setelah penguasaan bahasa
lisan
|
Secara khas
melibatkan kontak langsung, bersemuka (face to face)
|
Pengiriman pesan
kepada penerima melalui pemindahan yang leluasa dalam bentuk tertulis, tidak
bersemuka
|
Sering melanggar
aturan tata bahasa yang sifatnya formal
|
Menuntut
ketaatan aturan kebahasaan
|
Diproduksi dalam
periode waktu yang cepat
|
Diproduksi dalam
periode waktu yang lambat
|
Kemungkinan
lebih cepat dilupakan, tetapi dapat juga bertahan lebih lama bergantung pada
reaksi emosional dari penyimak
|
Bisa bertahan
lebih lama (melalui penerbitan), dapat diubah-ubah sebelum disampaikan kepada
pembaca
|
Dipercaya untuk
mengakui kekurangan / kesalahan dalam kaitannya dengan susunan penyampaian
lisan
|
Dipercaya untuk
mencerminkan pengetahuan, ketepatan pribadi, keercayaan, dan sikap
|
Bertujuan untuk
melakukan perubahan secara cepat terutama berkaitan dengan mode, arah
pembicaraan, dan lain-lain
|
Bertujuan untuk
mempertahanan yang lebih tradisional dan menghindari mode yang tidak formal
|
Menyiratkan
kesanggupan untuk memproduksi kata-kata lebih sedikit
|
Menyiratkan
ksanggupan untuk memprodksi kata-kata yang lebih banyak
|
Bertujuan
menghubungkan gagasan bersama secara bebas
|
Bertujuan
menghubungkan gagasan bersama dalam suatu struktur yang kompleks
|
|
|
|
|
C.
Proses Orasi dan Literasi
Peristiwa literasi merupakan situasi proses interpretatif.
Penggunaan definisi ini didasarkan pada ilustrasi bahwa bila seorang anak
menyalin sebuah puisi dari papan tulis ke dalam buku tulisnya, maka dalam hal
ini tidak terjadi adanya peristiwa literasi. Mengapa? Ada dua pertimbangan,
pertama, tidak ada interaksi sosial dan kedua, menyalin bukanlah proses
menafsirkan karena anak tidak mengolah pesan dalam puisi tersebut. Peristiwa
literasi ditandai dengan adanya (a) interaksi sosial yang memusat pada satu
bagian tulisan dan (b) adanya keterlibatan dalam proses intepretatif. Berikut
beberapa contoh peristiwa literasi.
Seorang anak begitu menikmati kata-kata dan bermain bunyi
pada saat dia melafalkan syair sebuah lagu dengan irama yang indah. Secara
tidak langsung dia sudah memperoleh kesadaran fonlogi dan pelajaan
membaca-menulis. Wilce (1985) mengemukakan bahwa (a) kesadaran fonologi
merupakan prasyarat untuk literat terhadap teks tertulis (ceetakan), (b) kesadaran
fonologi memudahkan literat terhadap teks tertulis (cetakan), dan (c) kesadaran
fonologi dan literasi terkait dalam hubungan konsidental.
Contoh peristiwa literasi yang kedua yaitu peristiwa literasi
yang melibatkan gambar. Seorang anak menulis surat kepada neneknya. Dia
menceritakan tentang boneka pemberian neneknya yang sangat dia sukai. Dia juga
bercerita tentang ayahnya yang sedang sakit. Anak tersebut melengngkapi
suratnya dengan gambar ayahnya yang sedang sakit. Dalam surat tersebut tampak
adanya peristiwa literasi, ada peristiwa sosial yang memusat pada sebuah
tulisan dan interpretasi isi tulisan dalam bentuk gambar dan tulisan kata-kata.
Contoh peristiwa literasi ketiga berkaitan dengan buku bacaan
cerita. Seorang anak sudah sering mendengar cerita “Anak Bebek Yang Buruk Rupa”
yang diceritakan ibu dan kakaknya sebelum dia tidur. Sekarang, anak tersebut
sedang memperdengarkan isi cerita yang sama kepada ibunya dengan cara membaca
buku cerita tersebut. Dari ketiga contoh di atas dapat disimpulkan bahwa
peristiwa literasi mengacu pada adanya interaksi peristiwa sosial dan adanya
proses interpretatif .
Berdasarkan ilustrasi ketiga contoh di atas, tergambarkan
bahwa suatu bentuk penggalan tulisan merupakan inti dari penafsiran dan
interaksi sosial. Ketiga contoh peristiwa literasi di atas juga menggambarkan
adanya proses literasi. Proses literasi mengandung empat ciri universal sebagai
berikut.
1. Tujuan
tekstual, ada pesan komunikasi tertulis yang sesuai dengan tujuannya.
2. Kesepakatan,
makna dari pesan ditafsirkan anak sesuai dengan yang dimaksudkan.
3. Penggunaan
bahasa yang bagus (seperti pada sebuah syair); untuk mengklarifikasi pesan
sehingga anak harus menggunakan kemampuan bahasanhya.
4. Resiko
yang diambil, anak menerima tantangan baru dalam berbahasa.
Corak peristiwa dan proses literasi ini mengarah pada
kenyataan yang harus dipertimbangkan. Mengapa anak-anak yang mempunyai
kemampuan untuk menjadi terpelajar menjadi tidak terpelajar, terutama karena
mereka tidak mahir dalam literasi khususnya literasi teks tertulis (cetakan).
Dalam hal ini anak-anak yang telah memiliki
literasi (literat) lebih memilih menjadi aliterat. Ogbu (1980)
mengemukakan bahwa literasi bukanlah alasan untuk keluar dari masalah kehidupan
melainkan merupakan hasil. Maksudnya bahwa ketika anak sangat kekurangan
pajanan peristiwa literasi, bagamanapun mungkin peristiwa literasi itu menjadi
sederhana atau kurang, sehingga perkembangan bahasa mereka juga menjadi
terhambat. Dengan demikian, dalam pembelajaran bahasa guru harus menyediakan
banyak pajanan bahasa, peristiwa dan proses literasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kemampuan berbahasa terdiri atas kemampuan berbahasa lisan
dan kemampuan berbahasa tulis. Kemampuan berbahasa lisan yang disebut juga
dengan kemampuan orasi terdiri atas kemampuan menyimak dan berbicara. Sedangkan
kemampuan berbahasa tulis yang disebut juga kemampuan literasi, terdiri atas
kemampuan membaca dan menulis.
Literasi anak yang harus dikembangkan mencakup literasi
visual, literasi lisan, dan literasi cetakan atau teks tertulis. Kemampuan
literasi ini dikembangkan dalam berbagai bentuk peristiwa literasi dengan
proses literasi yang didukung oleh beragam pajanan bahasa dan persitiwa
literasi.
Sebagai suatu kemampuan (ability), kiat berbahasa
terdiri atas kemampuan (1) berpikir, (2) menyimak, (3) berbicara, (4) membaca,
dan (5) menulis.Berpikir merupakan elemen dasar dalam semua kegiatan berbahasa.
Berpikir memiliki posisi yang sangat penting sebagai strategi dalam proses
berbahasa, baik reseptif maupun ekspresif, yang pada prosesnya diperlukan unit
dasar kognisi serta mekanismenya.
Dalam komunikasi yang dilakukan manusia, bahasa mempunyai
fungsi penting. Sehubungan dengan fungsi ini, terdapat tujuh fungsi bahasa
terutama dalam kaitannya sebagai fungsi komunikatif. Ketujuh fungsi tersebut
adalah fungsi instrumental, fungsi regulasi, fungsi interaksional, fungsi
personal, fungsi heuristik, fungsi imajinatif, dan fungsi informasional atau
representasional.
B.
Saran
Penulis menyadari jika makalah ini jauh dari sempurna.
Kesalahan ejaan, metodologi penulisan dan pemilahan kata serta cakupan masalah
yang masih kurang adalah diantara kekurangan dalam makalah ini. Karena itu
saran dan kritik membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran
Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT.Refika Aditama.
Chaer, Abdul.
2009. Psikolinguistik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Ahmad Febriansyah.
2012. Orasi dan Literasi dalam Pengajaran
Bahasa. [online]. Tersedia di: ahmad-febriansyah.blogspot.com
Yuli Setyningrum.
2013. Orasi dan Literasi. [online].
Tersedia di: yulisetyaningrum.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar